Selain didukung rendahnya tingkat inflasi, penurunan angka kemiskinan juga dinilai sebagai dampak positif dari program pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan pemerintah.
"Indeks pembangunan kita makin bagus, yang diukur dari apa yang kita sebut sebagai misery index. Hal ini dilihat dari dua unsur, yaitu angka pengangguran dan inflasi," ujar Direktur Megawati Institute Arif Budimanta di Jakarta, Selasa (19/1/2016).
Menurut Arif, program pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Meski sebelumnya tingkat pengangguran terbuka meningkat, terjadi peningkatan jumlah pekerja dalam bidang konstruksi.
Misery indeks, atau indeks kesengsaraan, merupakan indikator ekonomi yang dihitung dengan menambah tingkat pengangguran dengan tingkat inflasi.
Kedua indikator tersebut dianggap menimbulkan biaya sosial bagi negara. Adapun, misery indeks pada tahun 2015 mencapai 11,07. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan tahun 2014, di mana misery indeks mencapai 14,30.
Semakin rendah misery indeks, maka akan semakin kuat daya beli masyarakat.
"Kalau indeks makin ke bawah angkanya, maka orang makin senang. Dengan inflasi yang terjaga, maka daya beli juga terjaga, orang bisa saving, bisa membeli di luar kebutuhan utama dan seterusnya," kata Arif.
Lebih lanjut, menurut Arif, yang menjadi tantangan selanjutnya adalah menggerakkan seluruh kebijakan pembangunan, proyek, dan investasi yang masuk dapat menyerap tenaga kerja sebesar-besarnya.
Hal itu termasuk kerja infrastruktur yang dilakukan kabupaten/kota dan provinsi, agar lebih diarahkan kepada padat karya yang berprinsip pada local resources base.
Berdasarkan riset, kata Arif, penggunaan padat karya dapat menaikan serapan tenaga kerja hingga 10 persen lebih tinggi.
"Belum lagi multiplier effect terhadap penggerak ekonomi di wilayah tersebut, kontraktornya lokal, bahan baku lokal, plus tenaga kerja lokal, jadi berputar di situ saja," kata Arif yang juga staf khusus Menteri Keuangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.