Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi III: Terorisme Berkembang karena Masyarakat Permisif

Kompas.com - 28/08/2015, 04:42 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Basarah mengatakan, salah satu penyebab berkembangnya paham terorisme di Tanah Air karena masyarakat setempat masih bersikap permisif atau membuka diri dan toleran terhadap bentuk (aksi) terorisme.

"Contoh masyarakat kita kalau masih permisif terhadap aksi terorisme ini salah satunya adalah ceramah yang mengandung kekerasan, bahkan menyinggung SARA. Dalam urusan ceramah agama ini, negara tidak bisa masuk untuk mengatasinya karena adanya undang-undang yang melarang negara masuk dalam urusan agama," kata Ahmad Basarah dalam dialog Pencegahan Radikalisme di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Kamis (27/8/2015).

Selain masyarakat Indonesia yang masih permisif terhadap aksi terorisme, kata dia, berkembangnya terorisme di Tanah Air juga disebabkan lemahnya regulasi pemerintah. Ini berarti gerakan nasional yang terstruktur untuk menangani terorisme dianggap minim.

Bahkan, lanjutnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun tidak bisa menangkap langsung seseorang yang diduga terlibat terorisme. Oleh karena itu, aksi yang paling pas untuk dilibatkan dalam pencegahan terorisme adalah melibatkan Perguruan Tinggi (PT).

"Peran rektor dan para pejabat di lingkungan perguruan tinggi itu penting untuk melakukan deteksi dini dalam upaya menangkal radikalisme. Sebab perguruan tinggi di Indonesia disinyalir menjadi sasaran empuk penganut paham radikal untuk mengembangkan pemikirannya," ujar politisi PDI-P itu.

Menurut dia, kerja sama antara BNPT dengan PT juga harus ditingkatkan untuk mengantisipasi berkembangnya radikalisme. "Harus ada gerakan nasional yang terstruktur, sistematis dan masif, selain penanggulangan, aksi pencegahan juga penting, ucapnya.

Basarah menilai, PT merupakan tempat berbagai pemikiran bersemai di benak mahasiswa. Peran PT juga bisa menyaring pemikiran, sebab di usia muda, mahasiswa sedang getol-getolnya mencari jati diri dan di PT itu pulalah menjadi sasaran rekruitmen aksi terorisme.

Ia mengatakan, terorisme merupakan salah satu kejahatan luar biasa yang ada di Indonesia. Terorisme ditetapkan menjadi satu dari tiga kejahatan luar biasa selain korupsi dan penyalahgunaan narkotika. Terorisme lebih menekankan pada paham kekerasan dan radikalisasi yang sekarang berkembang di kalangan mahasiswa.

Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Drs Hamidin menyatakan doktrin-doktrin terorisme selama ini masih didominasi dengan kedok jihad, padahal jihad tidak mesti menggunakan kekerasan.

"Mahasiswa menjadi sasaran empuk berkembangnya radikalisme. Dan, usia 21-30 tahun ini memang rentan menerima pengaruh dari luar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
4 Bandar Besar Judi 'Online' di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

4 Bandar Besar Judi "Online" di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

Nasional
Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Nasional
Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Nasional
Ketua RT di Kasus 'Vina Cirebon' Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Ketua RT di Kasus "Vina Cirebon" Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Nasional
Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Nasional
PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

Nasional
Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Nasional
Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Nasional
Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Nasional
Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Nasional
PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

Nasional
Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com