"Gaya seperti itu tepat. Masalah-masalah yang menyangkut kemaslahatan publik, memang harus dibuka ke publik," ujar Adhie dalam acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/8/2015).
Gaya komunikasi yang 'blak-blakan' seperti itu, kata Adhie, juga sebagai peringatan kepada menteri-menteri lain, khususnya menteri di bawah bidang kemaritiman untuk bekerja sesuai arah kebijakan Pemerintah. "Supaya bisa dilihat, mana menteri-menteri yang pro rakyat, mana yang tidak," lanjut Adhie.
Adhie mencontohkan pernyataan Rizal soal proyek peningkatan kapasitas listrik 35.000 megawatt di Indonesia yang disebut proyek ambisius wakil presiden Jusuf Kalla. Adhie setuju dengan pernyataan itu meski memang mengakibatkan kontroversi.
"Justru yang harus dilihat, apa benar proyek listrik di mana-mana itu milik Kalla group atau bukan? Kan gitu," ujar Adhie.
Sebelumnya, sehari setelah dilantik menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal langsung mengkritik Kementerian BUMN yang berencana membeli pesawat baru untuk perusahaan maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Menurut Rizal, pembelian belum perlu.
Setelah itu, Rizal lagi-lagi melontarkan pernyataan kontroversial. Ia mengatakan, target pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt terlalu sulit dicapai. Dia menilai proyek yang dicanangkan Presiden Joko Widodo hingga 2019 itu tak masuk akal. Bahkan, ia menilai proyek itu adalah proyek ambisius Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.