Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Tim Independen Jadi Sinyal Jokowi Akan Perkuat KPK

Kompas.com - 27/01/2015, 22:40 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif PolcoMM Institute Heri Budianto menganggap pembentukan Tim Independen oleh Presiden Joko Widodo merupakan bentuk perlawanan Jokowi terhadap intervensi partai koalisi pendukungnya. Tim tersebut dibentuk Jokowi untuk menyelesaikan persoalan antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri.

"Dengan membentuk sembilan orang yang tergabung dalam tim independen, Jokowi seolah memberi sinyal memperkuat KPK dan berseberangan dengan kelompok yang menekannya soal polemik KPK Vs Polri," ujar Heri melalui siaran pers, Senin (27/1/2015).

Menurut Heri, hal tersebut terlihat dari orang-orang yang ditunjuk Jokowi sebagai anggota tim independen. Kendati terdapat dua jenderal Polri di dalamnya, yaitu mantan Kapolri Jenderal (Purn) Sutanto dan mantan Wakil Kapolri Komjen (Purn) Oegroseno, Heri memandang mereka justru mendukung penuh KPK.

"Pandangan dua jenderal polisi tersebut sedikit berseberangan, khususnya soal penangkapan BW (Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto) oleh Bareskrim," kata Heri.

Heri menilai, komposisi tim independen tidak disukai oleh partai-partai yang terlihat mendukung Polri dan ingin menjatuhkan KPK seperti PDI Perjuangan dan Partai Nasdem. Selain Oegroseno dan Sutanto, tim independen terdiri dari sosiolog Imam Prasodjo, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, mantan pimpinan KPK, Tumpak Hatorangan Panggabean dan Erry Riyana Hardjapamekas, pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar serta mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif.

"Komposisi tim ini, jelas tidak disenangi kelompok yang memiliki kepentingan soal ini. Bahkan PDIP sudah memberikan kritik kenapa tidak memanfaatkan watimpres dalam menyelesaikan persoalan ini," kata Heri.

Heri menganggap Jokowi masuk dalam pusaran politik yang rumit sehingga menggunakan tokoh-tokoh independen untuk melawan kekuatan politik. Ia menambahkan, Jokowi berulang kali mengingatkan agar KPK dan Polri harus saling terbuka dan menegaskan harus bebas dari intervensi dari pihak mana pun.

"Sangat jelas Presiden mengatakan 'ini harus transparan dan KPK dan Polri tidak boleh ada intervensi termasuk dari saya'. Ini pernyataan sangat dalam maknanya dan menyasar pada tokoh-tokoh tertentu," ujar dia.

Menurut Heri, kata 'intervensi' itu seolah menjadi kode dari Jokowi untuk menegaskan bahwa ia ingin terbebas dari tekanan dari berbagai pihak atas perselisihan dua lembaga penegak hukum itu.

"Beliau ingin mengatakan sebagai presiden saja saya tidak boleh ada ikut campur, apalagi yang bukan presiden," ucap Heri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ahli Hukum: Tak Mungkin Jaksa Agung Limpahkan Wewenang ke Jaksa KPK

Ahli Hukum: Tak Mungkin Jaksa Agung Limpahkan Wewenang ke Jaksa KPK

Nasional
Istri Ungkap SYL Suka Marah jika Ia Masih Beli Tas

Istri Ungkap SYL Suka Marah jika Ia Masih Beli Tas

Nasional
Brimob Keliling Kejagung Disebut Rangkaian dari Penguntitan Jampidsus

Brimob Keliling Kejagung Disebut Rangkaian dari Penguntitan Jampidsus

Nasional
KPK Tetapkan 2 Tersangka dalam Kasus Dugaan Korupsi di PT PGN

KPK Tetapkan 2 Tersangka dalam Kasus Dugaan Korupsi di PT PGN

Nasional
KPK Panggil Pengacara Jadi Saksi Kasus Harun Masiku

KPK Panggil Pengacara Jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Nasional
Kejagung Serahkan Anggota Densus 88 Penguntit Jampidsus ke Propam Polri

Kejagung Serahkan Anggota Densus 88 Penguntit Jampidsus ke Propam Polri

Nasional
Surya Paloh Disebut Tetap Meminta Organisasi Sayap Nasdem Lanjutkan Kegiatan yang Didanai Kementan

Surya Paloh Disebut Tetap Meminta Organisasi Sayap Nasdem Lanjutkan Kegiatan yang Didanai Kementan

Nasional
Menpan-RB Apresiasi Perbaikan Pelayanan Proses Bisnis Visa dan Itas Kemenkumham

Menpan-RB Apresiasi Perbaikan Pelayanan Proses Bisnis Visa dan Itas Kemenkumham

Nasional
Beda Keterangan SYL dan Istrinya soal Durian

Beda Keterangan SYL dan Istrinya soal Durian

Nasional
Kejagung: Jampidsus Dikuntit Anggota Densus 88 Fakta, Bukan Isu

Kejagung: Jampidsus Dikuntit Anggota Densus 88 Fakta, Bukan Isu

Nasional
Cuaca Arab Saudi Tembus 43 Derajat Celsius, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Gunakan Masker

Cuaca Arab Saudi Tembus 43 Derajat Celsius, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Gunakan Masker

Nasional
Sidang Sengketa Pileg, Saksi Golkar dari Ambon Hilang Kontak Jelang Terbang ke Jakarta

Sidang Sengketa Pileg, Saksi Golkar dari Ambon Hilang Kontak Jelang Terbang ke Jakarta

Nasional
Benarkan Isu Penguntitan, Jampidsus: Sudah Jadi Urusan Kelembagaan

Benarkan Isu Penguntitan, Jampidsus: Sudah Jadi Urusan Kelembagaan

Nasional
Bertambah, Kerugian Keuangan Negara Kasus Korupsi Timah Jadi Rp 300 Triliun

Bertambah, Kerugian Keuangan Negara Kasus Korupsi Timah Jadi Rp 300 Triliun

Nasional
Dukung Optimalisasi Bisnis Lewat Energi Terbarukan, Pertamina Hulu Rokan Bangun PLTS Terbesar di Indonesia

Dukung Optimalisasi Bisnis Lewat Energi Terbarukan, Pertamina Hulu Rokan Bangun PLTS Terbesar di Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com