Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koruptor Ubah Modus, PPATK Susun RUU Transaksi Tunai

Kompas.com - 26/11/2014, 09:22 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan M Yusuf menilai, banyak transaksi tunai dalam jumlah besar yang masif dilakukan dan berpotensi memuat unsur korupsi. Oleh karena itu, pihaknya menyusun Rancangan Undang-undang Transaksi Tunai untuk membatasi jumlah transaksi yang dilakukan secara tunai.

"PPATK sedang buat RUU Transaksi Tunai. Ini sudah modus bagi para koruptor untuk tidak menyimpan uang di rekening pribadinya," ujar Yusuf di Jakarta, Selasa (26/11/2014) malam.

Yusuf mengatakan, para koruptor kini telah meninggalkan cara lama untuk mentransfer uang dalam jumlah banyak ke suatu rekening melalui instrumen perbankan. Dengan cara itu, kata Yusuf, transaksi mudah dilacak.

Yusuf menjelaskan, setidaknya ada dua modus untuk menyamarkan aliran dana dalam jumlah besar agar tidak terlacak. Selain dengan transaksi tunai, dana bisa dialirkan ke rekening lain milik perusahaan bahkan ke anggota keluarga.

"Jadi perlu juga data anak istrinya, jadi kita pernah temukan pejabat menyimpan uang itu di ajudannya, tukang kebunnya, seperti itu. Di Akil Mochtar misalnya, pada istrinya," kata Yusuf.

Yusuf mengaku pernah bertemu gubernur Bank Indonesia, menteri keuangan, dan sekretaris kabinet untuk membahas masalah transaksi tunai. Namun, Yusuf menyesalkan mereka tak kunjung mengeluarkan aturan sehingga PPATK berinisiatif membuat RUU Transaksi Tunai.

"Itu sudah di Kumham (Kementerian Hukum dan HAM), tentang pembatasan transaksi tunai," ujar Yusuf.

Dengan demikian, menurut Yusuf, undang-undang ini akan menekan kasus korupsi karena adanya pembatasan jumlah transaksi tunai.

"Kalau itu ada maka orang tidak bisa lagi nyuap, tidak ada duit, tidak ada sarananya. Kan takut nyuap dengan transfer, ketahuan," kata Yusuf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

Nasional
Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Nasional
PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

Nasional
Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com