Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemerdekaan Indonesia di Mata Turis Jepang

Kompas.com - 17/08/2014, 03:44 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah wisatawan asal Jepang bergerombol di salah satu ruang di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (16/8/2014) siang.

Dengan seksama, mereka mendengarkan penjelasan dari seorang perempuan yang menjadi pemandu wisata mereka. Kazuhiko Inoue, ketua rombongan, mengatakan bahwa mereka berasal dari beberapa distrik di Jepang. Ia sendiri berasal dari Tokyo. Berangkat Jumat pagi dan akan pulang Selasa petang.

Dia dan rombongannya memang sengaja mendatangi museum tersebut. Itu kali pertama mereka datang ke tempat bersejarah itu.

"Kami mendengar, bahwa Jepang membantu Indonesia untuk kemerdekaan Indonesia. Makanya, kami datang ke sini," ujar Inoue.

Lelaki yang bekerja di salah satu media TV di Jepang itu mengaku terkesan dengan apa yang didapatnya di museum tersebut. Ia jadi mengetahui seluk beluk perumusan naskah proklamasi.

Museum itu terdiri dari beberapa ruang seperti ruang pra perumusan naskah proklamasi, ruang perumusan, ruang pengetikan, dan ruang pengesahan.

Para turis itu semakin terkesan, setelah ia tahu bahwa dulunya museum itu kediaman perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Laksamana Tadashi Maeda.

Maka tak heran, di lantai dua museum tersebut terdapat ruang tidur Maeda. Laksamana Tadashi Maeda yang lebih dikenal dengan panggilan Laksamana Maeda meminjamkan kediamannya kepada para perumus proklamasi.

Laksamana Maeda, juga menjamin keselamatan dan keamanan para penyusun naskah proklamasi seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo, ditambah sang juru ketik Sayuti Melik, BM Diah, dan lainnya.

Pada saat itu terjadi perbedaan pendapat antara Angkatan Darat Jepang dan Angkatan Laut Jepang. "Kami bangga, ada orang Jepang yang berperan dalam kemerdekaan suatu bangsa," ujarnya.

Pada hari peringatan kemerdekaan Indonesia, Inoue dan rombongannya akan mengikuti upacara bendera.

Detik-detik Proklamasi

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari dijatuhi bom atom di Hiroshima dan Nagasaski, 6 dan 9 Agustus 1945, oleh pesawat bom atom Amerika Serikat.

Kaisar Hirohito menyatakan menyerah terhadap sekutu dalam Perang Dunia II karena ratusan ribu rakyat Jepang menjadi korban bom atom itu.

Kekalahan Jepang itu tidak diketahui oleh Indonesia. Tokoh pergerakan Indonesia, Sutan Syahrir termasuk orang yang dulu tahu mengenai kekalahan Jepang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com