Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/05/2014, 16:41 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Beberapa orang mendorong Dedy Lutan yang duduk di kursi roda menuju tepian arena pementasan drama tari "Hutan Pasir Sunyi" yang pada Selasa pagi (13/5) digelar di salah satu sudut Kebun Raya Bogor.

Pagi itu Dedy memang sedang mempersembahkan karyanya untuk diuji oleh beberapa tenaga pengajar dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta yang dipromotori oleh Prof Sardono W Kusumo, co-promotor I: Profesor Doktor Sri Hastanto; co promotor II: Doktor Herwasono, dan tim penugji yang terdiri tujuh orang, antara lain DR Sal Murgianto, Dr. Wulan Dewi. Dedy termasuk angkatan pertama program strata 3, dan lulusan pertama program strata 3 ISI Surakarta.

Tentu saja, ujian Dedy menjadi istimewa. Sebab, bukan saja digelar di tengah Kebun Raya Bogor, melainkan juga melibatkan ratusan penari--yang sebagian di antaranya suku Dayak Modang dan Kayan dari Kalimantan Timur--, kru, dan musisi. Yang istimewa lagi, adalah para penonton yang jumlahnya ratusan orang yang bersedia meluangkan waktu, biaya dan tenaga untuk sampai di tempat pementasan dan pada hari kerja pula.

Pementasan Dedy pagi itu memanfaatkan sebuah pohon kenari babi yang besar dan tua sebagai pusat pementasan. Para penari muncul dari beberapa sudut hutan yang berbukit kecil itu. Teriakan-teriakan sesekali terdengar, mengiringi para penari yang muncul di arena. Sementara nyanyian dan iringan musik Sape terasa sekali menyatu dengan angin dan hutan.

Inilah lakon "Hutan Pasir Sunyi", sebuah cerita tentang kegelisahan masyarakat pedalaman saat menyikapi kondisi hutan tropis di Kalimantan yang telah berubah menjadi gurun-gurun pasir yang kemudian memunculkan nyanyian-nyanyian duka. Para penyair, para penyanyi, dan juga penari serta musisi tidak lagi menyuarakan keindahan hutan, tapi menjeritkan kepedihan lantaran hutan tak lagi mereka punya.

Karya ini menurut Dedy terisnpirasi dari sebuah kawasan hutan Anggresk Hitam, Coelogyne Pandurata, yang merupakan hutan konservasi dengan nama "Kersik Luway". Kersik artinya hutan/pasir dan Luway artinya Sepi/sunyi.

Nomor pertunjukan ini berawal dari gagasan yang dikembangkan dari kehidupan masyarakat suku Dayak di Kalimantan Timur, di mana hutan menjadi bagian yang sangat penting untuk kehidupan mereka. Karena seluruh aspek kehidupan Suku Dayak bertumpu dan berakar dari budaya hutan.

Hutan bagi masyarakat Dayak memberi kekuatan atau spirit kepahlawanan, keperkasaan, dan kolektivitas ikatan komunal. Siklus dan sistem perladangan suku Dayak yang merupakan sistem komunal, menjadi sentral kehidupan serta inspirasi para seniman tradisi untuk menghasilkan tari, musik, serta syair. Karya-karya ini menjadi sistem simbol dengan gerak-gerak mahluk hidup; baik hewan, manusia, dan tumbuhan.

Menurut Dedy, ini semua merupakan siklus kehidupan ritual. Seni sebagai realita kebudayaan masyarakat Dayak, hingga kini tetap dijaga, walaupun terjadi perubahan yang sangat cepat.

Ketika siklus kehidupan ritual dengan pola perladangan berpindah berubah akibat musnahnya hutan, maka ruh, semangat, dan jiwa orang Dayak pun tak lagi muncul.

Dedy memang sedang sakit. Tapi strooke yang menyerangnya sejak tahun lalu tak sanggup membendung semangatnya untuk berkarya. Raganya yang nampak ringkih, bukan jadi halangan bagi Dedy untuk menuangkan gagasan ke dalam sebuah drama tari kolosal berjudul "Hutan Pasir Sunyi" yang menggetarkan.

Saya sendiri tak sanggup menghalangi air mata saya menetes ke pipi demi melihat keindahan dan kehebatan karya Dedy. Etosnya sebagai seorang seniman menjelma jadi spirit yang menyelusuri relung-relung hati para penonton yang menyaksikan pertunjukannya.

***

Violi Nurlila Dedy Lutan
Inilah kiranya karya yang dia janjikan kepada saya akhir tahun lalu, saat saya menjumpai Dedy di kediamannya di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan.

Kala itu, Dedy yang sudah sakit, pada matanya saya menangkap semangat hidupnya yang masih menyala-nyala.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Nasional
Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Nasional
Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Nasional
Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com