Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada Celah Kelemahan Jokowi-JK

Kompas.com - 21/04/2014, 07:06 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Figur yang akan menjadi bakal calon wakil presiden untuk bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), masih menjadi misteri. Meski dianggap ideal jika berduet dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pasangan itu dianggap masih memiliki celah kelemahan.

Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Dwipayana, mengatakan, jika memutuskan mengambil Jusuf Kalla sebagai bakal cawapres, citra Jokowi sebagai pemimpin muda akan luntur.

Pemilih pemula yang awalnya cenderung menyukai Jokowi akan berpikir ulang karena memilih bakal cawapres dari tokoh senior.

"Akhirnya timbul penilaian calon pemimpin yang 'lu lagi, lu lagi'. Penampilan sebagai pemimpin muda jadi hilang karena JK adalah tokoh senior," kata Ari, saat dihubungi, Minggu (20/4/2014) malam.

Selain itu, kata Ari, dominasi Jokowi saat menjadi presiden juga dikhawatirkan akan berkurang karena posisi JK yang lebih senior dan sudah berpengalaman. Hal-hal seperti ini akan membuat posisi pemerintahan kelak rentan digoyang dan membuat kinerja jadi tak efektif.

"Itu kelemahan lainnya. Pak JK lebih senior, jadi bisa saja mengurangi dominasi Jokowi," ujarnya.

Secara terpisah, peneliti senior Centre For Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, juga pernah mengatakan hal yang sama. Ia menyampaikan bahwa Jokowi lebih ideal jika didampingi calon wakil presiden dari kalangan muda.

Sosok bakal cawapres yang lebih senior, menurutnya, justru akan menghambat kinerja Jokowi jika terpilih menjadi presiden. 

Kristiadi mengungkapkan, berdasarkan pengamatannya, Jokowi merupakan sosok yang sangat menghargai orang yang lebih tua. Hal itu, kata Kristiadi, justru menimbulkan kekhawatiran bahwa Jokowi tak leluasa jika memiliki wakil dengan usia atau ketokohan yang lebih senior.

"Kalau dikasih cawapres yang lebih senior, takutnya Jokowi enggak bisa mengendalikan. Belum lagi banyaknya kepentingan yang bisa masuk ke situ," kata Kristiadi.

Dukungan agar Jokowi memilih JK sebagai cawapresnya muncul dari relawan yang menamakan diri "Jokojek" pada Minggu. Jokojek menilai, duet Jokowi-Kalla sangat tepat untuk meraih kemenangan karena sama-sama populer dan memiliki elektabilitas tinggi. Selain itu, pengalaman yang dimiliki Kalla juga dianggap bakal memudahkan Jokowi saat diberi kesempatan menjadi presiden RI selanjutnya.

Namun dari semua itu, PDI-P belum memutuskan siapa figur yang akan mendampingi Jokowi. Keputusan akan diambil ketika waktu dirasa tepat dan melibatkan diskusi internal serta partai yang berkoalisi dengan PDI-P.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com