Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Cawapres: JK dan Gita, Beda Generasi tetapi Sama Kuat

Kompas.com - 02/04/2014, 22:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Wakil Presiden RI periode 2004-2009 Jusuf Kalla atau JK dan mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan disebut sebagai calon wakil presiden ideal 2014. Keduanya unggul dengan mengalahkan tokoh lain di kelompok usianya masing-masing.

Demikian hasil penelitian lembaga survei Indostrategi terhadap tokoh favorit calon wakil presiden. Dalam survei itu, JK paling unggul dalam kategori cawapres berusia di atas 60 tahun dengan total skor 39. Di kategori tokoh senior ini, politikus Partai Golkar itu mengungguli rekan separtainya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, yang meraih skor 37. Selain itu, ada pula Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dan mantan Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli masing-masing dengan skor 36, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Ryamizard Ryacudu dengan skor masing-masing 28, serta Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan dengan skor 25.

Sementara itu, di golongan usia di bawahnya, Gita menjadi yang terbaik dengan skor 39. Ia dibayangi oleh Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra dengan skor 35, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa (34), Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Thohari dan calon wakil presiden Partai Hati Nurani Rakyat Hary Tanoesoedibjo masing-masing dengan skor 33. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mendapat skor 32, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD meraih skor 31, peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo (30) dan Anies Baswedan (29), Panglima TNI Jenderal Moeldoko (28), Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta (27).

Direktur Indostrategi Andar Nubowo mengatakan, JK dan Gita unggul dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam hal kemandirian, misalnya, JK unggul dengan skor 4 dibanding Gita yang mendapat skor 3. "Dalam kepemimpinan, JK nampak lebih dominan, seperti jaman SBY-JK dulu," ujar Andar dalam pemaparan hasil survei "Mencari Cawapres Ideal 2014", Selasa (2/4/2014), di Jakarta.

Mengenai jaringan pertemanan, hasil survei menganggap mereka memiliki pengalaman dan pergaulan luas di kancah internasional luas. Untuk kategori ini, keduanya meraih skor sama kuat, yakni 4. Andar menyebutkan, sebagai pengusaha, JK punya kesempatan memperluas komunikasi internasional. Sementara itu, Gita menyelesaikan masa studinya di Amerika Serikat di bidang ekonomi dan berpengalaman menangani perusahaan multinasional besar.

Dalam indikator pengalaman dan basis politik, JK unggul dengan skor 4, sementara Gita hanya memperoleh skor 2. Namun, survei tersebut menunjukkan bahwa Gita lebih jujur dan berkomitmen antikorupsi daripada JK. Gita memperoleh skor 4 untuk dua indikator tersebut, sementara JK mendapatkan skor 2. Indikator ini lemah pada JK karena ia pernah disangkutpautkan dengan kasus pengucuran dana Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bulog sebesar Rp 35 miliar. "Meskipun dia (JK) enggak terbukti bersalah, tapi jejak ini yang mengurangi skornya," ujar Andar.

Survei Indostrategi ini menggunakan metode riset kualitatif dengan melakukan penentuan skor terhadap tokoh berdasarkan indikator tertentu dalam skala 1-4. Sumber data berasal dari biografi tokoh-tokoh potensial yang muncul di publik, kelompok diskusi yang melibatkan 25 pakar dari berbagai bidang, wawancara mendalam dengan pakar, dan metaanalisis media. Survei ini dilakukan mulai 15 Februari hingga 25 Maret 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com