Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Targetkan 140 Juta Peserta BPJS Kesehatan di 2014

Kompas.com - 21/10/2013, 16:31 WIB
Sandro Gatra

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan sebanyak 140 juta jiwa mendapatkan jaminan kesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di awal berlakunya BPJS pada Januari 2014. Diharapkan, seluruh rakyat Indonesia sudah mendapatkan jaminan serupa di 2019 .

Hal itu dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan sambutan dalam acara gerakan sadar Jaminan Kesehatan melalu BPJS Kesehatan di Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa), Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/10/2013).

Dalam acara itu, seluruh pemimpin BUMN menandatangani komitmen bersama untuk menjadi pelopor dan penggerak implementasi BPJS Kesehatan. Komitmen itu akan diwujudkan dengan mengikutsertakan seluruh karyawan dan anggota keluarganya ke dalam program BPJS Kesehatan.

Presiden mengatakan, 140 juta jiwa yang akan ditanggung BPJS Kesehatan. Angka ini terdiri dari 86,4 juta jiwa dari kelompok miskin yang menjadi peserta Jamkesmas, 11 juta jiwa dari perserta Jamkesda, 16 juta jiwa dari peserta Askes, 7 juta jiwa dari peserta Jamsostek, dan 1,2 juta jiwa dari TNI/Polri.

"Ini kalau misalnya (dibanding) penduduk Singapura berapa kali lipatnya? Dengan penduduk Malaysia juga berapa kali lipatnya?" tanya Presiden.

Presiden menambahkan, sektor kesehatan menjadi salah satu prioritas pembangunan. Seluruh rakyat hingga di pelosok diharapkan bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan memadai. Karena itu, kata dia, pemerintah terus memperbaiki pengelolaan jaminan kesehatan.

Presiden SBY meminta kepala negara selanjutnya untuk meneruskan program BPJS Kesehatan hingga mencapai target di 2019. "Tolong ingatkan Presiden yang akan datang, jangan lupa 1 Januari 2019 semua rakyat kita bisa mendapatkan bantuan dari jaminan kesehatan," kata Presiden

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, seluruh pemimpin BUMN sepakat untuk mendukung BPJS Kesehatan. Tanpa dukungan dari BUMN, kata Dahlan, di tahun pertama BPJS Kesehatan bisa mengalami kesulitan, terutama soal pembiayaan lantaran banyaknya peserta BPJS Kesehatan yang tergolong miskin.

Karena itu, tambah Dahlan, diperlukan gotong royong dalam implementasi BPJS Kesehatan. Diperkirakan, karyawan BUMN yang relatif kaya tidak mudah sakit, sehingga dana di BPJS bisa dipakai untuk membiayai kesehatan kalangan miskin.

"Prinsipnya, yang sehat bantu yang sakit, yang muda bantu yang tua, yang kaya bantu yang miskin," kata Dahlan.

Dahlan berharap BPJS Kesehatan bisa berjalan lancar di awal beroperasi. Jika berjalan lancar, kata dia, maka akan mempermudah upaya menarik perusahaan besar untuk bergabung BPJS Kesehatan. Mudah-mudahan tidak banyak kendala, kata Dahlan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buka Opsi Sebar Satkalsel, KSAL: Tunggu Kapal Selamnya Banyak Dulu

Buka Opsi Sebar Satkalsel, KSAL: Tunggu Kapal Selamnya Banyak Dulu

Nasional
Khofifah: Guru Besar Usul Pembentukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Inovasi

Khofifah: Guru Besar Usul Pembentukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Inovasi

Nasional
Dewas KPK: Nurul Ghufron Teman dari Mertua Pegawai Kementan yang Dimutasi

Dewas KPK: Nurul Ghufron Teman dari Mertua Pegawai Kementan yang Dimutasi

Nasional
PKS Sebut Presidensialisme Hilang jika Jumlah Menteri Diatur UU

PKS Sebut Presidensialisme Hilang jika Jumlah Menteri Diatur UU

Nasional
Dewan Pers Tolak Revisi UU Penyiaran karena Penyelesaian Sengketa Jurnalistik Dialihkan ke KPI

Dewan Pers Tolak Revisi UU Penyiaran karena Penyelesaian Sengketa Jurnalistik Dialihkan ke KPI

Nasional
Anggota Komisi III: Pansel KPK Harus Paham Persoalan Pemberantasan Korupsi

Anggota Komisi III: Pansel KPK Harus Paham Persoalan Pemberantasan Korupsi

Nasional
KSAL: Pembangunan Scorpene 7 Tahun, Indonesia Perlu Kapal Selam Interim

KSAL: Pembangunan Scorpene 7 Tahun, Indonesia Perlu Kapal Selam Interim

Nasional
Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Utamakan Peningkatan Pendidikan daripada Insfrastuktur

Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Utamakan Peningkatan Pendidikan daripada Insfrastuktur

Nasional
UU Kementerian Negara Direvisi Usai Prabowo Ingin Tambah Jumlah Menteri, Ketua Baleg: Hanya Kebetulan

UU Kementerian Negara Direvisi Usai Prabowo Ingin Tambah Jumlah Menteri, Ketua Baleg: Hanya Kebetulan

Nasional
Dewan Pers Tolak Revisi UU Penyiaran Karena Melarang Media Investigasi

Dewan Pers Tolak Revisi UU Penyiaran Karena Melarang Media Investigasi

Nasional
Khofifah Mulai Komunikasi dengan PDI-P untuk Maju Pilkada Jatim 2024

Khofifah Mulai Komunikasi dengan PDI-P untuk Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
Gerindra Tegaskan Kabinet Belum Dibahas Sama Sekali: Prabowo Masih Kaji Makan Siang Gratis

Gerindra Tegaskan Kabinet Belum Dibahas Sama Sekali: Prabowo Masih Kaji Makan Siang Gratis

Nasional
Rapat Paripurna DPR: Pemerintahan Baru Harus Miliki Keleluasaan Susun APBN

Rapat Paripurna DPR: Pemerintahan Baru Harus Miliki Keleluasaan Susun APBN

Nasional
Dasco Sebut Rapat Pleno Revisi UU MK yang Dilakukan Diam-diam Sudah Dapat Izin Pimpinan DPR

Dasco Sebut Rapat Pleno Revisi UU MK yang Dilakukan Diam-diam Sudah Dapat Izin Pimpinan DPR

Nasional
Amankan Pria di Konawe yang Dekati Jokowi, Paspampres: Untuk Hindari Hal Tak Diinginkan

Amankan Pria di Konawe yang Dekati Jokowi, Paspampres: Untuk Hindari Hal Tak Diinginkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com