Menurut Hamdi, saat ini semacam ada fenomena atau fakta sosial yang menggambarkan keinginan publik agar Jokowi menjadi presiden berikutnya. Sejumlah hasil survei dianggapnya ikut menguatkan analisis tersebut karena figur yang mencuat sebagai calon presiden terus mengerucut.
"Jokowi angkanya naik terus, tidak terbantahkan. Artinya, keinginan publik makin mengerucut inginkan Jokowi jadi presiden," kata Hamdi dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG), di Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Kelebihan Jokowi, kata Hamdi, yang pertama adalah karena memiliki jiwa kepemimpinan dan integritas. Hal itu dapat dilihat selama memimpin Jakarta, Jokowi memiliki citra baik karena dinilai jujur, amanah, dan memiliki empati sosial.
"Terakhir adalah teori epidemi sosial. Ini seperti wabah yang tidak bisa distop. Wabah ini baru akan berhenti ketika orang sudah nyoblos Jokowi," tandasnya.
Untuk diketahui, tanggapan Hamdi dilontarkan untuk menanggapi hasil survei yang dilakukan oleh SSSG. Survei dilakukan pada 25 Agustus sampai 9 September 2013 dengan melibatkan 1.250 responden yang tersebar di 10 kota besar. Sepuluh kota tersebut adalah DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Balikpapan. Metode pengumpulan data dengan wawancara telepon.
Dalam hasil survei tersebut, sebanyak 45,8 persen mengaku akan memilih Jokowi bila pemilihan presiden dilaksanakan hari ini. Sementara tokoh lain yang berada di bawah posisi Jokowi adalah Jusuf Kalla (9 persen), Dahlan Iskan (7,5 persen), Prabowo Subianto (6,8 persen), Mahfud MD (5,8 persen). Sisanya adalah nama tokoh yang dipilih kurang dari 5 persen responden, dan 10 persen responden tidak memberikan jawaban.
Tingkat keyakinan hasil survei ini 95 persen dan sampling of error lebih kurang 2,77 persen. Kriteria responden di 10 kota besar ialah yang memiliki telepon rumah dan telah memiliki hak pilih pada Pemilu 2014. Sampel atau responden diambil secara acak dari nomor telepon yang terdapat di buku daftar pelanggan Telkom. Penelitian dilakukan secara independen oleh SSSG dengan menghabiskan biaya sekitar Rp 60 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.