Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliran Dana ke Anas Jelas Sekali

Kompas.com - 28/12/2011, 23:01 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu pengacara mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, Junimart Girsang, mengklaim bahwa bukti adanya aliran dana ke Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum jelas sekali. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, menurut Junimart, harus menghadirkan Yulianis yang disebut sebagai orang terdekat Anas untuk bisa mengungkap bukti-bukti aliran dana tersebut.

Menurut Junimart, Nazaruddin tak tahu soal kasus suap wisma atlet, tetapi dia mengetahui kasus dugaan korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Junimart mengatakan, aliran dana dari kasus proyek Hambalang inilah yang digunakan Anas sebagai pemenangannya di Kongres Partai Demokrat.

"Jadi, itu adalah uang untuk pemenangan beliau sebagai ketua partai kepada 300 sekian cabang. Jelas ke mana uang itu. Yang jadi pertanyaan, dari mana uang itu. Nanti akan kami buktikan di persidangan," kata Junimart di Jakarta, Rabu (28/12/2011).

Junimart mengklaim, pihaknya telah memiliki bukti-bukti yang menyeret Anas ataupun politikus Partai Demokrat lain yang disebut Nazaruddin. "Bukti-bukti tentang dana-dana yang dikeluarkan dalam rangka pemenangan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Uangnya dalam bentuk dollar AS. Jelas semua alirannya, penerima ada semua di sana. Yang paling inti itu kami hanya mencari siapa sebenarnya Yulianis," katanya.

Yulianis yang disebut sebagai Wakil Direktur Keuangan Permai Group—perusahaan milik Nazaruddin, menurut Junimart, merupakan orang dekat Anas yang mengetahui ke mana saja aliran dana proyek Hambalang. Namun, kata Junimart, Komisi Pemberantasan Korupsi sepertinya akan berusaha tak menghadirkan Yulianis ke persidangan karena berita acara pemeriksaannya sudah di bawah sumpah.

"Yang mestinya disikapi oleh KPK itu ada satu kejanggalan. Di dalam BAP Yulianis, dia mengungkapkan A sampai Z, tetapi ada berita acara sumpah yang sudah dibuat. Maksudnya apa? Ada indikasi dalam persidangan Yulianis tidak akan dihadirkan. Ini yang kami minta kepada majelis hakim agar menghadirkan Yulianis biar ini jelas semua. Yulianis sangat mengetahui aliran dana ke Anas. Yulianis adalah orangnya Anas. Ini pengakuan dari Pak Nazaruddin dan susunan bukti yang ada ke kami," paparnya.

Selama ini Anas membantah tudingan Nazaruddin soal keterlibatannya dalam kasus suap wisma atlet maupun dugaan korupsi proyek Hambalang. Kepada Kompas, Anas sempat mempertanyakan, apakah Nazaruddin masih layak kutip. Anas yakin tak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum apa pun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

    "Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

    Nasional
    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Nasional
    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Nasional
    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Nasional
    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Nasional
    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Nasional
    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

    Nasional
    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com