Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: Nazar di Wisma Atlet, Jangan Dilupakan

Kompas.com - 09/06/2011, 12:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Indonesia Corruption Watch atau ICW Tama S Langkun meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi tidak melupakan dugaan keterlibatan matan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dalam kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.

Apalagi Pusat Pelaporan dan Analisi Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan adanya transaksi mencurigakan terkait dugaan suap wisma atlet yang masuk ke rekening Nazaruddin. "Kita berharap KPK juga mengusutnya, tidak hanya gunakan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi,  tetapi juga undang-undang pencucian uang," katanya saat dihubungi, Kamis (9/6/2011).

Hal tersebut disampaikan Tama menanggapi rencana KPK memeriksa Nazaruddin di luar kasus Wisma Atlet SEA Games. Seperti diberitakan, KPK menjadwalkan pemeriksaan Nazaruddin pada Jumat (10/6/2011) terkait penyelidikan pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Kementerian Pendidikan Nasional) 2007. Belum diketahui keterkaitan Nazar dalam kasus tersebut.

Menurut Tama, pimpinan KPK harus tegas dalam memutuskan, akan memanggil Nazaruddin atau tidak dalam kasus tersebut. "Karena namanya, kan, sudah disebut-sebut, KPK sudah tanda tangani pencegahan (terhadap Nazaruddin)," ujar Tama.

Ia juga mengkritisi sikap jajaran pimpinan KPK yang selama ini berbeda satu sama lain dalam menanggapi rencana pemanggilan Nazar. Menurut Tama, pernyataan pimpinan yang berbeda satu sama lain itu justru menimbulkan persepsi publik tentang buruknya koordinasi antar-pimpinan.

"Pimpinan bilang mau panggil, lainnya belum. Ada lagi yang bilang pasti dipanggil," kata Tama.

Sebelumnya, Ketua KPK Busyro Muqoddas (8/6/2011) mengatakan bahwa pihaknya akan memeriksa Nazar dalam pekan ini. Wakil Ketua KPK Haryono Umar (6/6/2011) mengatakan bahwa waktu pemanggilan Nazar tergantung penyidik. Menurut Tama, pimpinan KPK tak dapat lepas tangan dengan menyerahkan sepenuhnya kepada penyidik.

"Karena kerja penyidik, kan, tergantung pimpinannya, sejauh mana pimpinan bisa mengarahkan dan memimpin," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com