Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Bermasalah, Salah SBY Sendiri

Kompas.com - 14/03/2011, 17:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Yunarto Wijaya dari Charta Politika menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat memang membuat kesalahan sendiri terkait koalisi dengan partai-partai sekutunya. Kontrak koalisi dibuat langsung antara Presiden dan partai-partai koalisinya, padahal dalam sistem presidensial, kontrak politik Presiden seharusnya dilakukan antara kepala pemerintahan dengan kabinet dan kepala negara langsung dengan rakyatnya, bukan dengan partai.

"Presiden tanda tangani kontrak langsung dengan partai koalisi. Padahal dalam sistem presidensial, kontrak hanya presiden dengan menteri saja kontraknya. Kontrak di level parlemen, harusnya antar partai-partai yang mennyatakan mendukung SBY. Kontrak politik harusnya mengikat itu. Nah, maka enggak heran kalau ada partai yang menyatakan kita kan menandatangani kontrak dengan presiden," ungkapnya dalam diskusi Fraksi Demokrat DPR RI, Senin (14/3/2011).

Presiden SBY dan Demokrat hanya mendasarkan pembentukan kolisi pada blank coalition karena hanya berusaha mengulang kejayaaan di 2004 dan berusaha mengejar angka sebesar-besarnya daripada faktor kualitatif. Isi kontrak koalisi pun normatif.

Yunarto mengatakan ini adalah kritik terbesar yang dilontarkannya kepada perjalanan SBY dan Demokrat dalam politik Indonesia saat ini. Menurutnya, ciri sistem presidensial bahwa pemilu mayornya adalah pemilihan presiden. Masa jabatan presiden tetap karena tak bisa dijatuhkan secara politik, kabinet profesional dan kontrak sosialnya langsung dengan rakyat.

Sementara ciri sistem parlementer, pemilu mayornya adalah pemilihan legislatif. Masa jabatan presiden tergantung pada konstelasi politik, kabinetnya bersifat politik dan kontrak sosialnya terjalin antara wakil rakyat dan rakyat.

"Dari syarat ini, bisa kita sebutkan kita ini malah menganut sistem presidenter dan parlemensial," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com