Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bibit dan Chandra Ditahan, Polri Dikecam

Kompas.com - 29/10/2009, 20:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Langkah Kepolisian RI menangkap dan menahan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, menuai kecaman keras dari banyak kalangan masyarakat sipil. Walau diakui hal itu merupakan hak subyektif kepolisian, banyak kalangan melihat hal itu dilakukan kepolisian tanpa melihat betapa sensitifnya kasus tersebut di mata masyarakat. Pasalnya, masyarakat sudah sejak lama muak terhadap praktik dan perilaku koruptif, terutama yang dilakukan oleh aparat sendiri.

Menurut Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) Hikmahanto Juwana, Kamis (29/10), dirinya yakin apa yang dilakukan Polri tadi justru hanya akan menyulitkan posisi pemerintahan yang baru saja terbentuk, terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang pastinya akan mendapat banyak kritik keras dari masyarakat.

“Bukan tidak mungkin masyarakat menjadi tidak percaya terhadap komitmen Presiden Yudhoyono memberantas korupsi seperti selama ini dia sampaikan dalam banyak kesempatan. Sangat disayangkan, apalagi Presiden sendiri sudah minta kasus ini segera dituntaskan,” ujar Hikmahanto.

Hikmahanto, yang sejak Agustus 2008 sudah tidak lagi menjabat Dekan FHUI itu, mengaku juga heran dengan sikap Polri yang sepertinya khawatir dengan opini publik, yang seolah hal itu bisa dilakukan atau dibentuk melalui sejumlah pernyataan Bibit dan Chandra selama ini melalui media massa.

Menurut Hikmahanto, sudah saatnya Presiden Yudhoyono memberi pernyataan dan arahan yang tegas ke Polri agar institusi itu tidak perlu lagi menafsir-nafsirkan apa yang dikehendaki Presiden, apalagi mengingat. Jika sampai salah menafsirkan, malah justru merugikan dan menjatuhkan citra Presiden Yudhoyono sendiri.

“Jangan sampai publik mencitrakan Bibit dan Chandra sebagai orang-orang yang dizalimi seperti pernah terjadi saat Presiden Yudhoyono pertama kali maju mencalonkan diri menjadi presiden tahun 2004 lalu. Kesalahan yang dilakukan Polri bukan tidak mungkin menempatkan Bibit dan Chandra malah berhadap-hadapan langsung dengan Presiden Yudhoyono,” ujar Hikmahanto.

Kecaman senada juga dilontarkan Saharuddin Daming, salah seorang komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), yang memprotes keras langkah sewenang-wenang Polri menangkap dan menahan Bibit dan Chandra. Polri, menurut Saharuddin, tidak punya alasan kuat karena kedua pimpinan KPK nonaktif itu dinilai kooperatif.

“Sama sekali tidak ada alasan bagi Polri melakukan penahanan. Apa yang dilakukan kepolisian itu sudah menjadi bentuk pelanggaran HAM yang sangat serius. Kami di Komnas HAM akan segera berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait lain termasuk soal kemungkinan kami memanggil Kepala Polri,” ujar Saharuddin saat dihubungi di Makassar.

Saharuddin menegaskan, Komnas HAM akan segera mengeksaminasi apa-apa yang telah dilakukan Polri selama ini, terutama soal adanya kemungkinan langkah yang dilakukan memang sudah sesuai hukum atau memang memiliki muatan-muatan tertentu. Jika benar terjadi, hal itu tentunya menunjukkan kemunduran (set back) yang justru dilakukan oleh pemerintah sendiri.

Sudah seharusnya Polri dalam menjalankan fungsinya sebagai penegak hukum menerapkan prinsip hukum yang berdasarkan penegakan HAM dan bukan didasari seleranya sendiri. Saharuddin melihat banyak kejadian menunjukkan Polri sudah mengabaikan HAM, terutama dengan semakin maraknya para pegiat demokrasi dan lembaga antikorupsi yang justru malah dikriminalisasikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com