Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Sangat Yakin Itu Noordin

Kompas.com - 10/08/2009, 07:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pengamat meragukan lelaki yang tewas dalam penggerebekan di Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, adalah gembong teroris yang paling dicari, yaitu Noordin M Top. Namun, meski belum mengeluarkan pernyataan definitif tentang identitas lelaki itu, polisi meyakini dialah orang yang paling dicari selama ini. Keyakinan ini bukan tanpa alasan.

"Kami sudah mengintai orang itu selama satu minggu. Kami ikuti ke mana pun dia pergi. Kami potret, bahkan kami tahu dia itu makan di mana. Kami juga tahu dia sempat tidur di kuburan," ujar seorang sumber Kompas.com di kepolisian dalam perbincangan, Senin (10/8) pagi.

Menurut dia, Densus 88 mendapatkan jejak Noordin melalui pelacakan komunikasi elektronik. Selama ini, Noordin tidak pernah menggunakan telepon seluler. Komunikasi dilakukan oleh orang kepercayaannya.

"Kurir Noordin yang menjadi penghubung komunikasi adalah Arif (Indra Arif Hermawan). Arif (24) ditangkap lebih dulu sebelum polisi mengepung rumah di Temanggung," ungkapnya.

Seperti diberitakan, sebelum melakukan pengepungan di sebuah rumah di tengah sawah di Dusun Beji, polisi lebih dulu menangkap Arif dan Aris Susanto (31). Keduanya adalah kakak beradik, keponakan Mudjahri (69) pemilik rumah yang ditinggali Noordin.

Romi

Ia menceritakan, sebelum melakukan penangkapan, Densus 88 telah melakukan dokumentasi dan verifikasi tentang sosok lelaki itu kepada orang-orang yang pernah bertemu dengan Noordin M Top. Dalam pelariannya di Temanggung Noordin menggunakan nama samaran Romi.

Ia mengakui bahwa sosok lelaki itu memang terlihat berbeda dengan gambar Noordin yang disebarkan polisi. Lelaki itu terlihat lebih kurus, sementara gambar Noordin yang disebarkan dalam poster terlihat lebih gemuk.

"Kita harus ingat, foto Noordin yang disebarkan itu kan dibuat tahun 2000-an awal. Noordin sendiri selama bertahun-tahun dalam pelarian selalu mengubah penampilannya. Ini persis saat kita berhasil menewaskan Dr Azhari. Waktu itu, kita sempat sanksi kok Dr Azhari kurus sekali," ungkap dia.

Meski begitu, lanjutnya, untuk memastikan identitas lelaki itu, polisi tetap akan mengikuti prosedur identifikasi ilmiah, yaitu melakukan tes DNA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com