Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Sekadar Biografi Tan Malaka

Kompas.com - 10/07/2009, 22:57 WIB

Oleh Hendri F. Isnaeni*)

Pada tahun 1976 terbit Tan Malaka; Strijder voor Indonesie's vrijheid; Levensloop van 1897 tot 1945 (Tan Malaka; Pejuang Kemerdekaan Indonesia; Perjalanan Hidup dari 1897-1945), yang merupakan disertasi Harry A. Poeze untuk Universiteit Amsterdam. Hadir di Indonesia dalam bentuk buku dengan judul Tan Malaka; Pergulatan Menuju Republik, 1897-1925 (Jakarta, 1988, 2000) dan Tan Malaka: Pergulatan Republik Indonesia, 1925-1945 (Jakarta, 1999). Poeze menyadari, penelitian yang dilakukannya mengandung sejumlah kekurangan. Harapannya dapat ditutupi dalam versi ulang pembahasannya. Karena itu, ia mulai mengumpulkan bahan-bahan selama tiga bulan tinggal di Indonesia dalam tahun 1980.

Poeze mengakui, menulis riwayat hayat dan pemikiran-pergerakan Tan Malaka merupakan suatu dahaga. Ia heran, karena ternyata masih sangat banyak kejadian yang belum dituliskan. Ia pun berusaha keras melakukan penelitian dan penulisan dengan memakan waktu selama sepuluh tahun. Hasilnya sebuah buku magnum opus dalam bahasa Belanda, yang terdiri dari tiga jilid berisi 2.200 halaman, dan terbit pada bulan Juni 2007, berjudul Verguisd en vergeten; Tan Malaka, de linkse beweging en de Indonesische Revolutie, 1945-1949 (Dihujat dan dilupakan; Tan Malaka, gerakan kiri, dan Revolusi Indonesia, 1945-1949).

Sejarah ini dituliskan dengan perkembangan politik dalam negeri Indonesia sebagai titik tolak. Sebagian besar buku yang mengupas sejarah Indonesia, memilih suatu sudut pandang, yang ditentukan oleh dimensi-dimensi internasional dari konflik dekolonisasi antara Indonesia dan Belanda, dengan peranan penting Inggris, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa Bangsa. Dengan demikian, Perjanjian Linggajati dan Perjanjian Renville, serta dua aksi militer Belanda berperan sebagai titik balik yang menentukann. Di dalam Republik Indonesia sendiri, kejadian-kejadian tersebut juga merupakan peristiwa penting. Tetapi yang lebih penting dan menentukan jalannya sejarah ialah perkembangan dan krisis internal. Hal itu yang menentukan hidup-matinya republik itu sendiri. Konflik di dalam republik antara “perjuangan” dan “diplomasi” itulah yang setiap kali berkobar. Tetapi kedua belah pihak tidak memiliki pengikut tetap. Sebagian besar, pada suatu ketika memilih satu pihak. Pada saat yang lain, pindah ke pihak lain. Di sini oportunitas politik memainkan peranan besar. Ini seperti permainan akrobat yang sulit. Tidak ada jaring pengaman, maka jumlah korban pun tidak sedikit.

Peristiwa-peristiwa sangat penting dalam kesimpangsiuran dalam negeri ialah persidangan parlemen sementara, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dalam bulan Februari-Maret 1946, Persitiwa 3 Juli 1946, sidang KNIP tentang persetujuan Perjanjian Linggajati Februari-Maret 1947, pembentukan Kabinet Hatta Januari 1948, pemberontakan Madiun September-Oktober 1948, dan akhirnya reaksi-reaksi terhadap persetujuan Roem-Roijen Mei 1949, dan Konferensi Meja Bundar Desember 1949. Semua peristiwa itu dibicarakan panjang lebar dalam buku ini (hlm. vii-viii)

Dari gambaran itu, tentu kita tidak hanya menikmati perjalanan hidup Sang Kiri Nasionalis yang penuh misteri, tetapi juga bisa menyantap sejarah revolusi kemerdekaan Indonesia. Tentu saja di setiap peristiwa itu, Tan Malaka memainkan peranan penting, baik mendominasi jalannya peristiwa maupun hanya menjadi bagian kecil saja. Menurut Poeze, buku ini berbeda dengan buku-buku sejarah yang pernah ada, karena Indonesia menjadi aktor utama yang menentukan hidup dan matinya. Sementara buku-buku sejarah yang pernah ada, menempatkan Indonesia sebagai buih dari konflik dekolonisasi. Perubahan ini diharapkan membawa sudut pandang baru dalam memahami sejarah Indonesia.

Buku Verguisd en vergeten yang dalam versi Belanda terdiri dari tiga jilid, untuk versi Indonesia rencananya akan berjumlah enam jilid, yang akan terbit berturut-turut dalam waktu tiga tahun. Judulnya berubah menjadi: Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia. Saat ini, kita baru bisa menikmati jilid pertama, periode Agustus 1945- Maret 1946. Setiap jilid akan diberi anak judul yang berupa keterangan kronologis peristiwa. Pembagiannya: Jilid II: Maret 1946-maret 1947; Jilid III: Maret 1947-Agustus 1948; Jilid IV: September 1948-Februari 1949; Jilid V: Maret 1949-2010; Jilid VI: memberikan uraian tentang jalannya pemberontakan Madiun. Karena itu, judul untuk lima jilid pertama tidak berlaku lagi, mengingat di dalam peristiwa Madiun Tan Malaka tidak memiliki peran. Dengan demikian jilid ini akan diterbitkan sendiri dengan judul tersendiri.

Buku ini tidak sekadar biografi Tan Malaka, tetapi juga merupakan sejarah Revolusi Indonesia. Rasa haus terhadap Tan Malaka, membuat Poeze melangkah jauh menyelami palung-palung sejarah Indonesia, hingga tahun 2010. Apa yang akan digambarkan Poeze selanjutnya? Kita tunggu saja lima jilid berikutnya.

Data Buku
Judul  : Tan Malaka, Gerakan Kiri, Dan Revolusi Indonesia. Jidil I: Agustus 1945-Maret 1946
Penulis  : Harry A. Poeze
Penerbit  : Yayasan Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta
Tahun  : I, 2008
Tebal   : xx + 378 hlm.

*)Hendri F. Isnaeni
Peneliti Sejarah Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.
Penulis Buku Penyamaran Terakhir Tan Malaka di Banten (1943-1945) yang akan terbit Agustus 2009 oleh Penerbit Tinta MAS Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com