Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Kompas.com - 04/06/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INI ada beberapa kalimat yang ditulis Presiden Republik Indonesia ke-6 (2004 - 2014), Susilo Bambang Yudhoyono dalam bukunya berjudul “SBY - Selalu Ada Pilihan - Untuk Pencinta Demokrasi dan Para Pemimpin Indonesia Mendatang“.

Buku ini ditulis tahun 2014, beberapa bulan sebelum ia melepaskan jabatannya.

Di bawah sub judul “Awas, Kekuasaan Itu Menggoda” (halaman 638), Yudhoyono mengatakan seperti berikut ini.

“Berkaitan dengan kekuasaan (power) ini, saya masih harus prihatin dengan fenomena yang sepertinya kurang pas, yang terjadi di negara kita. Apa yang saya maksud?” demikian kata SBY.

“Banyak pejabat di negeri ini yang dengan segala upaya ingin tetap memegang dan memperpanjang kekuasaan yang dimilikinya. Bukan rahasia lagi bahwa tidak sedikit gubernur, bupati, atau wali kota setelah dua kali berkuasa tetap ingin maju lagi sebagai wakil,“ demikian lanjut SBY.

“Ada juga yang dengan getol mempersiapkan istrinya untuk menjadi entah gubernur, bupati atau wali kota. Atau anak kandungnya yang rata-rata masih sangat muda dan nyaris belum memiliki pengalaman dan kapabilitas untuk memimpin daerah,” demikian tunjuk SBY.

“Memang semua ini tidak dilarang oleh undang-undang. Dan setiap orang pun memiliki hak politik untuk menjadi apa saja. Namun, tentu ada norma batas kepatutan yang perlu dianut oleh sebuah masyarakat yang baik (good society),” inilah kata-kata bijak berupa nasihat untuk para pemimpin negeri ini.

Ia tidak menyebut presiden dan tidak mengatakan adanya “usaha dengan segala cara” mendorong diubahnya ketentuan-ketentuan yang ada lewat gerak nepotisme dan kolusif.

Selain soal “tidak patutnya mendorong anaknya yang belum cukup umur menjadi pejabat tinggi”, SBY juga menuliskan tentang adanya rayuan dari pihak-pihak tertentu untuk mendorongnya memperpanjang masa jabatan atau untuk jadi presiden tiga kali masa jabatan.

SBY mengatakan, “beberapa menteri saya (sebaiknya tidak saya sebutkan siapa mereka) pernah diajak bicara oleh empat tokoh internasional, baik itu kepala pemerintahan maupun mantan, yang mengajukan pertanyaan kurang lebih begini.”

“Apa benar Presiden SBY tidak memungkinkan untuk maju kembali atau dipilih kembali?” (Lihat halaman 640 Buku “SBY - Selalu Ada Pilihan - Untuk Pencinta Demokrasi dan Para Pemimpin Indonesia Mendatang).

“Benar. Konstitusi kami memberikan pembatasan masa jabatan seorang presiden dua periode saja,” jawab menteri bersangkutan.

“Bagaimana kalau prestasinya baik. Apakah tidak ada jalan untuk memungkinkan ia dipilih kembali. Saya melihat, sekarang ini, di bawah Presiden Anda, Indonesia memiliki progres yang baik.”

Lalu, SBY bertanya kepada menteri-menteri yang membawa pertanyaan itu. “Lantas apa jawaban Anda?” tanya SBY penasaran.

Para menteri pemerintahan SBY pun menjawab seperti berikut. “Presiden SBY taat konstitusi. Sepanjang yang saya tahu Pak SBY juga tidak berminat untuk maju kembali. Apalagi harus mengubah konstitusi atau pun cara-cara lain.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jamdatun Feri Wibisono Ditunjuk Jadi Wakil Jaksa Agung

Jamdatun Feri Wibisono Ditunjuk Jadi Wakil Jaksa Agung

Nasional
Sri Mulyani Mulai Mulai Hitung-hitung Anggaran Pemerintahan Prabowo

Sri Mulyani Mulai Mulai Hitung-hitung Anggaran Pemerintahan Prabowo

Nasional
Hapus 2 DPO Kasus 'Vina Cirebon', Polri Akui Tak Punya Bukti Kuat

Hapus 2 DPO Kasus "Vina Cirebon", Polri Akui Tak Punya Bukti Kuat

Nasional
Tak Hadiri Panggilan MKD, Bamsoet Sebut Undangan Diterima Mendadak

Tak Hadiri Panggilan MKD, Bamsoet Sebut Undangan Diterima Mendadak

Nasional
Proyeksi Sri Mulyani untuk Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II: Masih Terjaga seperti Kuartal I

Proyeksi Sri Mulyani untuk Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II: Masih Terjaga seperti Kuartal I

Nasional
Psikolog Forensik Sebut Ada Perbedaan Laporan Iptu Rudiana dengan Hasil Otopsi soal Kematian Vina dan Eky

Psikolog Forensik Sebut Ada Perbedaan Laporan Iptu Rudiana dengan Hasil Otopsi soal Kematian Vina dan Eky

Nasional
Usai Rapat dengan Jokowi, Gubernur BI Jamin Rupiah Akan Menguat

Usai Rapat dengan Jokowi, Gubernur BI Jamin Rupiah Akan Menguat

Nasional
Hasil Pertemuan Prabowo dengan Ketum Parpol KIM Tak Akan Dilaporkan ke Jokowi

Hasil Pertemuan Prabowo dengan Ketum Parpol KIM Tak Akan Dilaporkan ke Jokowi

Nasional
Dianugerahi Bintang Bhayangkara Utama, Prabowo: Terima Kasih Kapolri, Kehormatan bagi Saya

Dianugerahi Bintang Bhayangkara Utama, Prabowo: Terima Kasih Kapolri, Kehormatan bagi Saya

Nasional
PDI-P Lirik Susi Pudjiastuti Maju Pilkada Jabar, Airlangga: Bagus untuk Pandeglang

PDI-P Lirik Susi Pudjiastuti Maju Pilkada Jabar, Airlangga: Bagus untuk Pandeglang

Nasional
Jokowi Absen dalam Sidang Gugatan Bintang Empat Prabowo di PTUN

Jokowi Absen dalam Sidang Gugatan Bintang Empat Prabowo di PTUN

Nasional
Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Mendagri Minta Pj Kepala Daerah Mundur jika Ikut Pilkada atau Diberhentikan

Nasional
Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai 'Back Up' PDN Kominfo di Batam

Imigrasi Berupaya Pulihkan Layanan Pakai "Back Up" PDN Kominfo di Batam

Nasional
Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Ada Erick Thohir pada Pertemuan Prabowo dan Ketum Parpol KIM, Begini Penjelasan Airlangga

Nasional
Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Psikolog Forensik: Laporan Visum Sebut Vina dan Eky Mati Tak Wajar, Tak Disebut Korban Pembunuhan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com