Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeliruan KPU Saat Umumkan Jumlah DCS Dianggap Tak Bertanggung Jawab

Kompas.com - 22/08/2023, 22:55 WIB
Vitorio Mantalean,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dianggap tak bertanggung jawab ketika keliru mengumumkan jumlah Daftar Calon Sementara (DCS) DPR RI untuk Pileg 2024.

Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menganggap bahwa tidak sepatutnya kesalahan input data jumlah caleg itu terjadi di KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu.

"Hal tersebut tentu berdampak terhadap publik dalam menaruh kepercayaan penyelenggaraan pemilu kepada KPU sebagai pelaksana teknis," sebut Koordinator Nasional JPPR, Nurlia Dian Paramita, kepada wartawan pada Selasa (22/8/2023).

"Jangan sampai ke depan terhadap data tahapan yang akan berlangsung juga datanya tidak sinkron. Apalagi hal tersebut diketahui setelah mendapatkan tanggapan dari masyarakat. Ini menandakan bahwa KPU tidak teliti," lanjut dia.

Baca juga: DCS Sudah Dirilis, Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Tentukan Pilihan

Sementara itu, Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menganggap bahwa kesalahan input jumlah DCS tersebut, jika memang itu yang terjadi, adalah sesuatu yang fatal dan bersifat serius.

Formappi merupakan lembaga pertama yang menemukan kesalahan angka DCS itu, sebelum KPU mengumumkan revisi.

"Soalnya, urusan pemilu pada dasarnya adalah mengurus soal angka. Yang diperebutkan perserta pemilu itu adalah mayoritas suara, dan itu selalu akan diekspresikan dalam bentuk angka. Pemilu dan angka itu dua hal mendasar," kata peneliti Formappi, Lucius Karus, kepada wartawan, Selasa.

"Enggak kebayang kalau kesalahan itu menyangkut perolehan suara di pilpres atau pileg, entah apa yang akan terjadi?" lanjut dia.

Baca juga: Sikap KPU Tak Ungkap Mantan Napi Masuk DCS Dipertanyakan

Walaupun KPU pada akhirnya mengakui kekeliruan dan telah mengoreksi data sekali DCS, namun tuntutan supaya KPU bekerja cermat dan teliti harus disampaikan, ujar Lucius.

Ia menegaskan, dalih KPU yang menyebut bahwa kesalahan itu murni sebagai "human error" saka sekali tidak memuaskan.

"Itu nampaknya terlalu meremehkan persoalan akurasi data yang menjadi jantung seluruh tahapan penyelenggara pemilu," ucap dia.

"Sebegitu menentukannya urusan akurasi angka mestinya memaksa KPU untuk bekerja telaten, perlu verifikasi berulang-ulang saat akan merilis informasi terkait pemilu ke publik," ungkap Lucius.

Baca juga: Pakar Sayangkan KPU Tak Umumkan CV Caleg yang Masuk DCS

Sebagai informasi, dalam jumpa pers penetapan DCS Pileg DPR RI 2024 pada Jumat (18/8/2023), KPU mengumumkan ada 9.925 calon sementara. Lalu, Formappi pun menemukan data itu tidak sinkron.

Angka 9.925 caleg ini tidak sama dengan total jumlah caleg berdasarkan jenis kelamin yang terdiri dari 6.245 caleg laki-laki dan 3.674 caleg perempuan, jika ditotalkan menjadi 9.919.


Dikonfrontasi soal ini, KPU baru melakukan revisi dengan menyatakan bahwa angka yang tepat adalah 9.919 calon sementara.

"Typo input data calon dalam presentasi konferensi pers pada 18 Agustus 2023. Ini murni human error," papar Koordinator Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU RI, Idham Holik, kepada wartawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

BrandzView
Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Nasional
Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Nasional
Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Nasional
Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Nasional
Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Nasional
Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Nasional
Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Nasional
Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Nasional
Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Nasional
Ada 'Backlog' Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Ada "Backlog" Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Nasional
Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Nasional
Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com