JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada para peneliti lembaganya agar tidak terlibat politik praktis dalam dunia riset.
Megawati mengaku tak segan untuk mengeluarkan periset yang ketahuan berpolitik praktis di badan tersebut.
"Saya mau lihat satu-satu, apa aja kerja mereka dari di sini (BRIN), enggak ada politik, kalau sudah dengar, satu orang (berpolitik), sudah, saya keluarkan karena dia bermain politik dan mempergunakan BRIN," kata Megawati dalam keterangan tertulis, Senin (7/8/2023).
"Nah, aku bilang get out, hati-hati loh. Iya kalau enggak percaya tanya aja. Saya keluarkan, apa memangnya mau berpolitik? Politiknya adalah politik riset, titik," ujar dia.
Baca juga: Hasto: Pesan Bu Megawati, Juru Kampanye PDI-P Gunakan Bahasa yang Santun
Hal ini disampaikan Megawati saat berdialog dengan para periset dengan tema 'Riset dan Inovasi untuk Indonesia Raya' di Gedung Serba Guna Nayaka, Kabupaten Tabanan, Bali, Senin.
Hadir dalam kesempatan tersebut sebanyak 127 periset BRIN dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebagai seorang periset, menurut Megawati, para peneliti semestinya menggunakan politik riset demi kemajuan bangsa.
Meski mengaku sebagai sosok yang tegas, Megawati juga mengatakan dirinya adalah sosok yang ramah ke semua orang.
Namun demikian, Megawati menyebut dirinya bisa berubah jika menemukan jajaran strukturalnya tak bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara. Utamanya dalam memajukan riset dan inovasi di BRIN.
Presiden kelima RI ini meminta para peneliti BRIN bekerja keras untuk kemajuan bangsa.
Menurutnya, dengan penelitian, BRIN diharapkan membantu masyarakat miskin mengatasi solusi.
“Saya ingin seluruh rakyat Indonesia ini berkemajuan terus sejahtera yang seperti diinginkan oleh Bapak saya (Soekarno). Kita ini negara gemah ripah loh jinawi,“ urai Megawati.
Baca juga: Rektor Unhan Dilantik Jadi Wakil Kepala BRIN
Di luar itu, Ketua Umum PDI-P ini juga menyinggung masalah stunting yang ada di Indonesia.
Hal itu menjadi kekhawatiran baginya. Padahal Indonesia tengah menyongsong tahun emas pada 2045.
Dari situ, ia lantas menanyakan kembali komitmen para peneliti BRIN untuk kemajuan bangsa dan negara, utamanya mencarikan solusi dari stunting.
“Ayo, kalian ilmuan-ilmuan, mosok sih enggak mikiri kehidupan rakyat? Jadi kalian sebagai researcher, sekolah jauh-jauh untuk apa?” tanya dia.
“Ini kan kekurangan zat nutrisi, sayur buat tulang, pertumbuhan tulang. Otaknya itu tidak berkembang, jadi IQ-nya di bawah rata-rata. Saya bilang kalau enggak dibasmi sampai 0 persen. Itu apa bukannya tanggungan negara? Iya, yes," katanya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.