JAKARTA, KOMPAS.com - Usai beristirahat untuk berbuka puasa dan menjalankan shalat magrib, Minggu 1 Mei, Sugianto (58) kembali meneruskan perjalanan.
Saat itu, ia punya tugas mengantarkan 60 penumpang bus yang dikendarainya dari Jepara menuju Jakarta.
Belum dua jam perjalanan, Bambang (42), kondektur yang menemani Sugianto, mengingatkan malam ini adalah hari terakhir puasa Ramadhan 1443 Hijriah.
“Ora keroso, saiki wis malem takbiran (tidak terasa, sudah malam takbiran),” kata Bambang ke Sugianto.
Baca juga: Arus Balik Lebaran, Penumpang Bus AKAP Diimbau Tak Turun di Luar Terminal
Dengan mata berbinar, Sugianto menceritakan kisahnya itu pada Kompas.com di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (6/5/2022).
Ia mengaku galau setelah diingatkan Bambang dalam perjalanan ke Jakarta saat itu.
Tetapi, pikirannya memilih fokus bekerja, agar perjalanan lancar dan penumpang sampai tujuan dengan selamat.
“Hati galau setengah mati. Malam takbiran, kok saya masih di jalanan, bukannya pulang ke rumah,” ucap dia.
Ia mengaku tak bisa mengelak dari tugas. Sopir bus sepertinya tak punya gaji bulanan. Upahnya dihitung dari tiap perjalanan. Inilah yang jadi pilihannya saat itu.
Sugianto memegang marwahnya sebagai sopir bus antar kota antar provinsi (AKAP), untuk setia menjalankan tanggung jawab, menghantar penumpang sampai tempat tujuan.
Baca juga: Layanan Bus Wisata Gratis Transjakarta Diperpanjang hingga 11 Mei
Meski telah menjalankan profesinya dari 1990, kegundahan hati karena tak bisa merayakan Lebaran bersama keluarga terkasih, masih dirasakannya hingga kini.
“Ya siapapun saya rasa, mau berprofesi sebagai sopir berpuluh-puluh tahun pun pasti ingin (merayakan) Lebaran di rumah. Kumpul sama istri, anak dan keluarga,” paparnya.
Apalagi, Sugianto merupakan anak tertua di keluarga. Setelah kedua orang tua meninggal, rumahnya selalu dikunjungi oleh para adiknya.
“Saya kan termasuk tua di keluarga. Ya rumah didatangi adik-adik, ada yang dari luar Jepara akhirnya bisa mudik, tapi saya enggak di rumah,” ungkap dia.
Namun, Sugianto mesti menghilangkan kegalauan itu. Dalam setiap pemberhentian, ia membagi perasaannya dengan rekan seprofesinya.