Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Mudahkan Nelayan Tangkap Ikan, Kementerian KP Kembangkan Aplikasi Laut Nusantara

Kompas.com - 19/07/2021, 15:42 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) kembali mengembangkan aplikasi Laut Nusantara melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM).

Hal tersebut dilakukan demi mempermudah para nelayan menangkap ikan di laut.

Lewat aplikasi Laut Nusantara yang berbasis android tersebut, nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik.

Hanya dalam satu genggaman saja, nelayan dapat menentukan lokasi penangkapan ikan terdekat secara mandiri, serta mengestimasi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).

Semua itu dapat dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kondisi cuaca dan gelombang saat bekerja di laut.

Baca juga: XL Kenalkan Aplikasi Laut Nusantara ke Nelayan Banyuwangi

“Kita harus punya program cerdas untuk atasi berbagai hambatan, dengan percepatan arus komunikasi melalui riset dan inovasi serta bekerja secara efektif dan efisien,” kata Kepala BRSDM Sjarief Widjaja dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Senin (19/7/2021).

Menurutnya, sumber daya kelautan dan perikanan telah menjadi tumpuan dan masa depan bangsa.

“Dengan riset dan inovasi, kita dapat menggali potensi tersebut demi mewujudkan kesejahteraan rakyat, kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan, serta meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) BRSDM I Nyoman Radiarta menjelaskan, aplikasi Laut Nusantara merupakan hasil kerja sama antara PT. XL Axiata dengan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) di bawah supervisi Pusat Riset Kelautan (Pusriskel).

Baca juga: XL Luncurkan Aplikasi Laut Nusantara, Bedanya dengan mFish?

Ia memaparkan, aplikasi Laut Nusantara terus mengalami pengembangan, sehingga kini mampu mendeteksi keberadaan ikan tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore.

Ketiga komoditas tersebut merupakan ikan primadona di pasar dunia yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Pembaharuan pada aplikasi Laut Nusantara tersebut sudah dapat diunduh melalui Google Play Store.

“Keberadaan fitur baru pendeteksi ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi merupakan terobosan dalam upaya meningkatkan pendapatan para nelayan dengan mengubah paradigma nelayan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan,” jelas Nyoman.

Dalam aplikasi Laut Nusantara, lanjut Nyoman, semua informasi ditampilkan secara sederhana demi memudahkan para nelayan.

Baca juga: Jaga Keberlanjutan Ikan Banyar, Kementerian KP Lakukan Riset dengan Analisis Otolith

Adapun perwakilan dari BROL, Eko Susilo mengatakan, cara kerja fitur pendeteksi ikan-ikan tersebut adalah dengan mendeteksi lokasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kesesuaian kondisi laut, yang menurut berbagai penelitian merupakan area tempat ikan berkumpul.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com