Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prioritaskan Ekonomi dalam Visi Misi, Analis Duga Dikarenakan Kritik dari Oposisi

Kompas.com - 20/12/2018, 23:27 WIB
Devina Halim,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Analis politik Exposit Strategic Arif Susanto menduga kritik dari pihak oposisi menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan prioritas dalam visi misi yang digagas pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Perbedaan tersebut ditemukan saat membandingkan visi misi yang digagas Jokowi bersama Jusuf Kalla, ketika maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, dengan yang sekarang.

"Faktor pertama yaitu kritik dari kubu lawan politiknya terhadap capaian-capaian ekonomi," ujar Arif dalam sebuah acara diskusi bertajuk "Membongkar Visi Misi Capres Cawapres: Melihat Aspirasi Politik Umat" di Kantin Kendal, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018).

Di Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf dinilai semakin memprioritaskan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan struktur ekonomi.

Baca juga: Melihat Perbedaan Visi Misi Jokowi dan Prabow0 di Pilpres 2014 dan 2019

Sementara, prioritas pada sektor keamanan serta tata kelola pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, dan demokratis, mendapat urutan yang lebih buncit untuk Pilpres 2019.

Selain itu, pergeseran prioritas Jokowi-Ma'ruf menandakan mereka melangkah menuju periode kedua jika terpilih.

Posisi Jokowi sebagai petahana tentu turut berpengaruh, di mana visi misi yang tertulis mengacu pada apa yang berhasil dan tidak dilakukan di masa sekarang.

Sederhananya, pekerjaan rumah yang sudah teratasi tidak akan berada lagi dalam prioritas visi misi.

"Pergeseran itu juga menunjukkan ini periode kedua, seandainya jadi, maka memang harus ada pergeseran prioritas," katanya.

Baca juga: Visi Misi 2 Paslon Capres-Cawapres Dinilai Beririsan pada Konsep Trisakti

Faktor lainnya adalah permasalahan bangsa yang berbeda saat ini dengan yang terjadi tahun 2014. Arif menjelaskan, pada saat Pilpres 2014, Jokowi-JK melihat masalah absennya negara.

Masalah yang berada di masyarakat kala itu, seperti pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), persekusi, hingga ancaman terhadap jurnalis.

"Tak heran bahwa pada 2014, Jokowi-JK memberi prioritas pada hadirnya negara untuk mendeliver hak-hak dasar rakyat Indonesia," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com