PONOROGO, KOMPAS.com - Ratusan ribu warga Kabupaten Ponorogo Jawa Timur memadati jalur Kirab Pusaka Ponorogo, Senin (10/9/2018).
Tidak sekadar menonton, perempuan dan lelaki dari kalangan muda, tua, hingga anak-anak juga berebut "apuah" atau berkah dari makanan-makanan ringan yang disebar oleh rombongan penumpang kereta kencana.
Paimin beserta isteri dan seorang anaknya rela datang dari jauh untuk melihat kirab pusaka tahun ini. Paimin tinggal di perbatasan Ponorogo - Madiun di sebelah utara tepatnya di Desa Lembah, Kecamatan Babadan.
Dia dan keluarganya hampir setiap tahun menghadiri prosesi kirab pusaka. Keyakinan keluarganya secara turun-temurun, menghadiri kirab pusaka akan membawa kebaikan bagi keluarganya.
"Jajanan yang disebar itu membawa berkah agar hidupnya lebih baik," katanya.
Baca juga: Di Balik Makna Peringatan 1 Suro bagi Masyarakat Jawa...
Sementara Rujinah, warga Kecamatan Kota Probolinggo, mengaku bukannya tidak mampu membeli makanan-makanan ringan yang disebar berupa permen, snack dan makanan ringan lainnya.
"Ini bukan jajanan biasa, jajanan ini mengandung berkah dari kirab pusaka. Kalau hanya membeli saya bisa,"terang ibu 4 anak ini.
Senin sore, dia bersama sanak saudaranya menunggu arak-arakan kirab tidak jauh dari lokasi finish kirab yakni di Pendopo Agung Ponorogo.
Kirab pusaka dilepas dilepas dari komplek makam Betoro Katong di Desa Sentono, Kecamatan Jenangan, Senin siang menuju komplek pendopo Agung Ponorogo sejauh kurang lebih 5 kilometer.
Pasukan pembawa pusaka berada di posisi depan arak-arakan, di belakangnya berjajar kereta kencana yang ditumpangi anggota Muspida Ponorogo, dari Bupati, Wakil Bupati, Sekda, Kapolres, Kejari, Dandim, hingga pimpinan DPRD Ponorogo.
Sepanjang perjalanan, arak-arakan kereta kencana yang dinaiki anggota Muspida Ponorogo itu melempar makanan ringan kepada warga penonton kirab. Tidak jarang, warga berebut makanan ringan hingga sopir kereta kencana menghentikan laju kereta.
"Jajannya bu.. mugi berkah bu..(lempar makanannya bu, semoga berkah bu)," kata penonton.
Baca juga: Pendakian Lawu Ditutup, Ritual Suro Tetap dapat Dilakukan
Kirab Pusaka, kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni adalah napak tilas perjalanan sejarah berdirinya Ponorogo. Kirab Pusaka diawali dengan prosesi Bedol Pusaka atau pelepasan pusaka yang digelar di Pendopo Agung Ponorogo pada Minggu (9/9/2018) malam.
"Saya baru 2 tahun lebih jadi bupati, juga heran melihat lautan manusia berebut apuah. Ini sudah kepercayaan turun temurun," jelasnya.
Pusaka yang dikirab adalah pusaka yang dipercaya milik Betoro Kalong, tokoh pendiri dan adipati pertama Ponorogo. Tiga pusaka itu adalah Payung Songsong Tunggul Wulung, Tombak Tunggul Nogo dan Sabuk Angkin Chinde Puspito.
Kirab berakhir di depan paseban Alun-alun Ponorogo pukul 17.00 WIB. Sebelum dimasukkan ke pendopo, pusaka terlebih dahulu dijamas atau dibersihkan dengan air dari 7 mata air di Ponorogo.
Penyucian pusaka dilakukan tepat pada malam 1 Suro atau malam menjelang pergantian tahun baru Islam 1 Muharrom 1440 Hijriyah.(K15-11)