Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia-Malaysia-Filipina Sepakati "Trilateral Air Patrol" di Laut Sulu

Kompas.com - 13/10/2017, 09:36 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Kompas TV Hari ini tepat 15 tahun lalu terjadi peristiwa serangan bom Bali 1 di Legian Kuta, Bali.

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia, Malaysia, dan Filipina akhirnya menyepakati Trilateral Air Patrol di Laut Sulu.

Kesepakatan tersebut digelar di Air Force Base, Subang, Malaysia pada Kamis (12/10/2017) kemarin.

Kesepakatan ini merupakan hasil akhir dari dua tahun perundingan menteri pertahanan masing-masing negara demi mencapai kebijakan yang tepat serta win-win solution untuk merespons gangguan keamanan di Laut Sulu.

Berdasarkan siaran pers yang diterima Kompas.com pada Jumat (13/10/2017), bentuk kerja sama adalah mengintegrasikan patroli dan latihan darat sebagaimana tertuang dalam kesepakatan sebelumnya.

"Kegiatan ini akan menjadi satu model yang komprehensif guna memberikan jaminan keamanan bagi pengguna perairan di kawasan Laut Sulu, baik perdagangan, nelayan atau transportasi manusia, termasuk eksplorasi kekayaan alam," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Totok Sugiharto.

Baca: Indonesia, Filipina, dan Malaysia Sepakati 6 Hal Terkait Pengamanan Laut Sulu

Bentuk kerja sama ini sebenarnya meniru konsep kerja sama maritim tiga negara yang sudah terlebih dahulu dilaksanakan di Selat Malaka, yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Konsep itu terbukti berhasil menekan ruang gerak penjahat di tengah laut. Apalagi, saat ini kerja sama itu dilengkapi dengan Eyes in the Sky.

"Selain memberikan jaminan keamanan kepada pengguna jalur pelayaran Selat Malaka, sekaligus mencegah adanya upaya internasionalisasi wilayah yang menjadi kepentingan bersama," ujar Totok.

"Bagi Indonesia, permasalahan yang terjadi di wilayah teritorial itu memang harus diatasi oleh negara-negara yang berbatasan langsung," lanjut dia.

Antisipasi Foreign Fighters "Pulang Kampung"

Trilateral Air Patrol ini, lanjut Totok, tidak hanya untuk merespons meningkatnya kejahatan di tengah laut, dalam tiga tahun terakhir.

Kesepakatan ini juga untuk merespons fenomena kembalinya pejuang asing atau foreign fighters ke negaranya masing-masing usai ISIS digempur di Suriah dan Irak.

Ancaman gangguan keamanan ikut bergeser dari wilayah Timur Tengah ke negara-negara lain, termasuk Asia Tenggara.

Konflik peperangan di Mindanao adalah bukti nyata pergeseran ancaman tersebut.

"Dengan timbulnya permasalahan di Mindanao Selatan, nampak jelas itu mengindikasikan adanya keterlibatan pejuang asing dari beberapa negara," ujar Totok.

Bagi Indonesia sendiri, pergeseran ini wajib menjadi sorotan. Kemhan tidak ingin foreign fighters masuk ke Indonesia untuk mengembangkan kelompoknya sekaligus menyebarkan paham radikalisme dan pada akhirnya menjadi bbit aksi terorisme baru di Tanah Air.

"Intinya, upaya-upaya yang dilakukan Indonesia, baik dalam subregion atau regional Asia Tenggara dapat menjadi modal bagi terciptanya rasa aman bagi rakyat dan pengguna lintas laut. Ini juga diharap menjadi contoh model kerjasama pertahanan lain," ujar Totok.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com