Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Imelda Bachtiar

Alumnus Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia (UI) tahun 1995 dan Pascasarjana Kajian Gender UI tahun 2010. Menulis dan menyunting buku bertema seputar memoar dan pemikiran tokoh berkait sejarah Indonesia, kajian perempuan, Peristiwa 1965 dan kedirgantaraan. Karyanya: Kenangan tak Terucap. Saya, Ayah dan Tragedi 1965 (Penerbit Buku Kompas-PBK, 2013), Diaspora Indonesia, Bakti untuk Negeriku (PBK, 2015); Pak Harto, Saya dan Kontainer Medik Udara (PBK, 2017); Dari Capung sampai Hercules (PBK, 2017).

Kontainer Medik Udara, Sejarah Dirgantara Indonesia yang Dilupakan

Kompas.com - 09/04/2017, 08:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Hari Dirgantara kembali dijelang. Angkatan Udara Republik Indonesia, TNI AU, merayakan hari ulang tahunnya yang ke-71 tepat pada tanggal 9 April 2017.

Bangga, bersyukur, akhirnya usia sepanjang itu dapat diraihnya dalam perjuangan naik turun sejak setahun setelah kemerdekaan bangsa. Dunia dirgantara Republik Indonesia telah menoreh tinta emas pada banyak bidang sampai kini.

Sejak awal berdiri sampai sekitar tahun 1960-an, Indonesia tercatat sebagai salah satu kekuatan udara penting dan terkuat di belahan bumi selatan.

Majalah penerbangan Inggris Air Pictorial Magazine 3/1967 dalam liputan utama berjudul “Indonesia Air Force: The Trident and Autoland” menulis, “Ditilik dari sudut materil, AU Australia ketinggalan total dari AURI”. Masa gemilang itu terjadi di era kepemimpinan KSAU pertama Marsekal Udara R. Soeriadi Suryadarma (1946-1962).

Namun tahukah Anda ada satu bidang juga di dunia dirgantara Indonesia yang sering luput dari perhatian padahal prestasinya luar biasa mendunia?

Bidang ini disebut Kesehatan Penerbangan atau Kedokteran Penerbangan. Bidang yang sangat spesifik karena menggabungkan dua keahlian pada tingkat yang mumpuni: kedokteran dan kedirgantaraan.

Sampai saat ini, sangat sedikit peliputan topik ini oleh media-media massa konvensional, padahal prestasi Indonesia juga amat tinggi dan belum terlampaui sampai sekarang.

Mereka yang menggeluti bidang ini biasa disebut flight surgeon, yang belum ada padanan yang pas dalam bahasa Indonesia.

Wartawan senior Kompas bidang kedirgantaraan yang juga mantan Pemimpin Redaksi Angkasa, Dudi Sudibyo, dalam sebuah perbincangan dengan saya mengatakan, profesi ini memang langka di Indonesia, maka kita juga memakai kata “flight surgeon”, sedangkan ilmunya disebut Kedokteran Penerbangan.

Pada generasi pimpinan TNI AU di era kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia ternyata beberapa kali tercatat sebagai negara pionir penggagas dalam bidang Kedokteran Penerbangan lewat tokoh ini: Raman Ramayana Saman.

Dokter Raman

Dokter Raman, demikian nama panggilannya, adalah purnawirawan TNI AU dengan pangkat terakhir Marsekal Pertama TNI yang tutup usia tahun lalu menjelang 78 tahun.

Dokter Raman menggagas dan mewujudkan upaya “Bedah Manusia di Udara” lewat sebuah makalah yang diajukannya kepada Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1981.

Ia yang saat itu seorang perwira kesehatan, menyebut makalahnya sebagai keberanian seorang Letnan Kolonel yang mengajukan usulan langsung kepada Presiden tanpa lewat atasannya, tetapi lewat ajudan Presiden yang memang dikenalnya.

Raman yang lulus pada tahun 1963 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tahun 1967 lulus sebagai flight surgeon dari Institute of Aviation Medicine, di Belgrade, Yugoslavia, mencetuskan ide yang sangat rinci dalam makalah berjudul “Gagasan Membentuk Tim Medik Darurat Udara sebagai Unsur Penunjang Kegiatan Pengungsian Medik Udara dalam Operasi Udara TNI-AU/ABRI pada Dasawarsa 80-an”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 24 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polri Sebut Mayoritas Judi Online Dioperasikan dari Mekong Raya

Polri Sebut Mayoritas Judi Online Dioperasikan dari Mekong Raya

Nasional
KPK Sadap Lebih dari 500 Ponsel, tetapi 'Zonk' karena Koruptor Makin Pintar

KPK Sadap Lebih dari 500 Ponsel, tetapi "Zonk" karena Koruptor Makin Pintar

Nasional
Polri Sebut Bandar Judi “Online” Akan Dijerat TPPU

Polri Sebut Bandar Judi “Online” Akan Dijerat TPPU

Nasional
Pimpinan KPK Sebut OTT 'Hiburan' agar Masyarakat Senang

Pimpinan KPK Sebut OTT "Hiburan" agar Masyarakat Senang

Nasional
Dapat Banyak Ucapan Ulang Tahun, Jokowi: Terima Kasih Seluruh Masyarakat Atas Perhatiannya

Dapat Banyak Ucapan Ulang Tahun, Jokowi: Terima Kasih Seluruh Masyarakat Atas Perhatiannya

Nasional
Polri: Perputaran Uang 3 Situs Judi Online dengan 18 Tersangka Capai Rp1 Triliun

Polri: Perputaran Uang 3 Situs Judi Online dengan 18 Tersangka Capai Rp1 Triliun

Nasional
Menag: Tidak Ada Penyalahgunaan Kuota Haji Tambahan

Menag: Tidak Ada Penyalahgunaan Kuota Haji Tambahan

Nasional
Polri Tangkap 5.982 Tersangka Judi 'Online' Sejak 2022, Puluhan Ribu Situs Diblokir

Polri Tangkap 5.982 Tersangka Judi "Online" Sejak 2022, Puluhan Ribu Situs Diblokir

Nasional
KPK Geledah Rumah Mantan Direktur PT PGN

KPK Geledah Rumah Mantan Direktur PT PGN

Nasional
Imbas Gangguan PDN, Lembaga Pemerintah Diminta Tak Terlalu Bergantung

Imbas Gangguan PDN, Lembaga Pemerintah Diminta Tak Terlalu Bergantung

Nasional
Soroti Vonis Achsanul Qosasi, Wakil Ketua KPK: Korupsi Rp 40 M, Hukumannya 2,5 Tahun

Soroti Vonis Achsanul Qosasi, Wakil Ketua KPK: Korupsi Rp 40 M, Hukumannya 2,5 Tahun

Nasional
Polri Akui Anggotanya Kurang Teliti saat Awal Pengusutan Kasus 'Vina Cirebon'

Polri Akui Anggotanya Kurang Teliti saat Awal Pengusutan Kasus "Vina Cirebon"

Nasional
Tanggapi Survei Litbang Kompas, Istana: Presiden Konsisten Jalankan Kepemimpinan Merakyat

Tanggapi Survei Litbang Kompas, Istana: Presiden Konsisten Jalankan Kepemimpinan Merakyat

Nasional
Kemensos: Bansos Tak Diberikan ke Pelaku Judi Online, Tetapi Keluarganya Berhak Menerima

Kemensos: Bansos Tak Diberikan ke Pelaku Judi Online, Tetapi Keluarganya Berhak Menerima

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com