Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2017, 21:12 WIB

Seusai mengalungkan medali "Star of Order of Abdulaziz al-Saud" kepada Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Arab Saudi, 12 September 2015, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menuturkan kisah kekagumannya. "Saya kagum dengan Presiden Soekarno," ujar Raja.

Seperti yang diceritakan kembali oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung kepada Kompas, Kamis (2/3) malam, saat mendampingi Presiden Jokowi di Arab Saudi saat itu, Raja Salman tidak hanya memuji kehebatan dan gaya Soekarno saat berpidato di Konferensi Asia Afrika dan momen lain, tetapi juga karena sejumlah ide yang disampaikan Bung Karno waktu itu kepadanya.

"Itulah yang tertanam di benak Raja Salman hingga saat ini. Tidak heran jika setelah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor, kemarin, Raja Salman langsung menanyakan mana cucu Soekarno," ujar Pramono.

Tak lama setelah disambut secara kenegaraan di Istana Bogor oleh Presiden Jokowi, Raja Salman langsung bertanya, "Mana cucu Soekarno?" Presiden, seperti dalam siaran pers yang ditandatangani Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden Kementerian Sekretariat Negara Bey T Machmudin, lalu memanggil Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Di situ, Raja Salman menyalami dan bercerita tentang kakeknya.

Cerita Guntur

Dalam catatan sejarah, hubungan dan kerja sama kedua negara memang sudah cukup lama. Ketika Proklamasi Indonesia dinyatakan Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1945, Arab Saudi termasuk negara yang sangat mendukung kemerdekaan. Bahkan, saat masih penjajahan, banyak ulama Arab Saudi yang memberikan inspirasi tokoh-tokoh pergerakan Indonesia.

Putra sulung Presiden Soekarno, Guntur Soekarnoputra, membenarkan ayahnya memiliki hubungan sangat dekat dengan Raja Saud bin Abdulazis, saudara dari Raja Salman. Oleh karena itu, ketika Bung Karno menjalankan ibadah haji 1955, Raja Saud bin Abdulaziz menyambutnya khusus.

(Baca: Raja Salman Apresiasi Kerukunan Antar-Umat Beragama di Indonesia)

"Bapak dulu cerita, Raja Saud sangat senang karena Bapak memberi masukan saat melaksanakan Sa'ih, yakni perjalanan jemaah dari Bukit Shafa ke Marwah. Menurut Bapak, saat berjalan kaki dan berlari-lari kecil bolak-balik di antara kedua bukit itu, jemaah sering bertabrakan. Usulan Bapak, jemaah dari Bukit Shafa berjalan di sebelah kiri dan sebaliknya yang dari Bukit Marwah berjalan di sebelah kanan. Usulan itu diterima Raja," ucap Guntur yang tidak ikut karena masih sekolah dasar.

Terkait apakah Raja Salman waktu itu ikut mendampingi Raja Saud, ayahnya tidak cerita. Namun, kata sang ayah, sejumlah pangeran menyertai Raja Saud saat kunjungannya sekalian ibadah haji itu.

"Karena kedekatan dengan Raja Saud, selama di sana, Bapak dipinjami mobil Chrysler Crown Imperial ke mana-mana. Mobil itu lalu diberikan ke Bapak karena waktu ditanya, apakah senang mobil itu, Bapak menjawab senang. Mobil itu menjadi mobil kepresidenan," tambah Guntur.

Namun, saat menghadiri ulang tahun Yayasan Perguruan Cikini, 1957, tempat Guntur dan adik-adiknya sekolah, Presiden Soekarno digranat. "Bapak selamat, tetapi mobil hadiah Raja Saud rusak parah dan tak bisa digunakan lagi," kata Guntur.

Tampaknya, "pencarian" jejak Soekarno akhirnya "ditemukan". Setelah tiba di Istana Merdeka seusai kunjungan ke Masjid Istiqlal, Raja Salman bertemu anak Presiden Soekarno, Megawati Soekarnoputri, yang juga presiden ke-5 RI. Megawati juga ditemani oleh Puan.

Siaran pers yang ditulis Bey T Machmudin menyebutkan, selama lebih kurang 15 menit, didampingi Presiden Jokowi, pertemuan berlangsung dalam suasana akrab dan bersahabat. Saking dekatnya, Puan terlihat menggunakan telepon pintarnya untuk mengabadikan foto ibunya, Presiden Jokowi, dan Raja Salman dengan penuh kekeluargaan.

(NINA SUSILO/SUHARTONO)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2017, di halaman 5 dengan judul "Saat Jejak Soekarno Dicari".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com