JAKARTA, KOMPAS — Seiring penangkapan tiga terduga teroris awal pekan ini di Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Negara RI mengantisipasi pergerakan sel teroris mandiri atau yang tidak berafiliasi dengan kelompok tertentu.
Saat ini, ketiga terduga teroris dibawa ke Markas Komando Brigade Mobil Polri di Depok, Jawa Barat, untuk menjalani pemeriksaan intensif.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul, di Jakarta, Rabu (1/2/2017), menjelaskan, Sugiyono (36), Jumali alias Andi Skok (30), dan Sugiyanto (37) merupakan sel kelompok teroris yang tidak memiliki hubungan dan keterkaitan langsung dengan jaringan teroris, seperti Jamaah Ansharut Daulah atau Neo Jamaah Islamiyah.
"Mereka bertiga memang bergerak dalam rencana melakukan aksi teror, tetapi mereka sangat jauh sekali untuk dihubungkan dengan afiliasi kelompok tertentu. Penyelidik Densus 88 Antiteror tengah berupaya memetakan dan mendata sel lain seperti mereka," ujar Martinus.
Ia menambahkan, ketiga terduga teroris itu secara khusus beraktivitas di kawasan Solo dan sekitarnya. Hal itu terungkap dari lokasi penangkapan mereka di tiga lokasi berbeda, yaitu Sugiyono dan Jumali di daerah Sragen serta Sugiyanto di daerah Karanganyar.
Pergerakan sel teroris mandiri, lanjut Martinus, cukup aktif untuk mengimbangi upaya pengawasan yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror.
Martinus memastikan, langkah pencegahan dengan memonitor dan mendata pergerakan kelompok itu terus dilakukan kepolisian untuk mencegah peristiwa teror.
Aksi teror
Lebih lanjut, Martinus menyatakan, pihaknya belum bisa memastikan aksi teror yang direncanakan kelompok tersebut meskipun penangkapan terhadap ketiganya diawali ledakan bom rakitan di rumah Sugiyono yang menyebabkan dirinya mengalami kebutaan.
Bom rakitan di rumah Sugiyono mengandung gotri dan paku sehingga ketika meledak langsung mencederainya. Oleh karena itu, tim Densus 88 Antiteror membawa mereka ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu, untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami ingin mengetahui dari mana mereka mendapatkan bahan peledak, lalu dengan siapa pula mereka beraktivitas. Pemeriksaan akan mengerucut kepada apakah ada keterkaitan mereka dengan peristiwa teror yang pernah terjadi di Solo sebelumnya," kata Martinus.
Diperkuat
Berbagai upaya antisipasi penyebaran radikalisme dan terorisme harus terus dijalankan. Hal ini membutuhkan peranan semua pemangku kepentingan, terutama tokoh masyarakat dan pemerintah.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, menilai, sel teroris akan terus berkembang untuk memenuhi tuntutan melakukan aksi teror. Sejumlah cara dilakukan, misalnya bergerak dengan jumlah tiga sampai lima orang sehingga diharapkan mampu mengelabui tim Densus 88 Antiteror.
"Dari operasi pencegahan selama ini, Densus 88 Antiteror Polri telah mampu memetakan perkembangan sel teroris. Pengawasan perlu terus diperkuat untuk mencegah aksi teror dan menutup ruang gerak para teroris," kata Chaidar. (SAN)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Februari 2017, di halaman 3 dengan judul "Sel Teroris Mulai Bergerak Mandiri".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.