Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan Ponpes API Minta Polisi Tak Proses Kasus Teror Bom Magelang

Kompas.com - 05/01/2017, 14:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Munculnya tas berisi benda mencurigakan di depan apotek Perintis Farma Magelang ternyata dilatarbelakangi sakit hati Haris Fauzi kepada pimpinan pondok pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Gus Yusup.

Setelah polisi menangkap Haris, Gus Yusup meminta polisi tak lagi mengusut kasus tersebut.

"Oleh Gus Yusup ingin minta supaya pelaku tidak diteruskan perkaranya," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (5/12/2016).

Gus Yusup juga telah memaafkan perbuatan anak didiknya itu. Dia juga mengajak Haris kembali ke pondok pesantren.

Martinus memastikan perbuatan Haris tidak termasuk aksi teror kelompok radikal. Namun, meski ada permintaan Gus Yusup, polisi tetap mengusut tindakan Haris.

"Bagi mereka yang melakukan aksi ini sebenarnya untuk pribadi, tapi orang lain bisa mendapatkan kecemasan dengan perilakunya," kata Martinus.

Haris sehari-hari merupakan pedagang toko kelontong. Dia dikenal sebagai pribadi yang baik dan bergaul dengan tetangga.

Pihak keluarga, kata Martinus, menyayangkan atas apa yang dilakukan oleh Haris. Meski tak terkait dengan kelompok teroris, tindakan Haris dianggap telah meresahkan masyarakat.

Tas berisi kabel dan barang-barang mencurigakan lainnya yang sempat dikira bom membuat panik warga sekitar.

Oleh karena itu, Haris tidak dikenakan undang-undang terkait terorisme, melainkan undang-undang soal perbuatan membuat kecemasan bagi masyarakat.

Ia dikenakan Pasal 335 ayat 1 KUHP yang mengatur soal ancaman dan perlakuan yang tak menyenangkan. 

Dalam penggeledahan di Haris, polisi menemukan sangkur. Dan karena kepemilikan itu, Haris juga dijerat UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata tajam yang tidak untuk peruntukannya.

Haris meletakkan bom di sekitar lokasi Ponpes API karena ingin menjatuhkan nama baik ponpes tersebut. Haris ingin, tak ada santri yang berminat mendaftar ke Ponpes Api lantaran tak aman. 

Menurut polisi, pelaku sakit hati terhadap Gus Yusup, karena merasa tidak dihargai. Padahal, ia sudah lama mengabdi kepada pimpinan Ponpes tersebut.

(Baca: Polisi Tangkap Terduga Teror Bom di Magelang)

Terlebih lagi, Gus Yusup tak mendukungnya sewaktu mencalonkan diri menjadi calon legislatif dari salah satu partai.

Saat pindah ke partai lain, Haris malah merasa diusik oleh Gus Yusup dengan menyebutnya anggota Partai Komunis Indonesia.

Karena kesal, akhirnya Haris memasang bom di lokasi yang berdekatan dengan Ponpes API.

Kompas TV Polisi Ledakkan Benda Diduga Bom Rakitan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com