JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan, terorisme memasuki dimensi baru.
Teror, kata Suhardi, kini lebih difokuskan pada publikasi. Teroris berupaya agar aksinya tersiar luas.
Alhasil, pelaku teror bekerja secara rahasia dengan menyasar target. Si target yang disasar bisa berdampak ketakutan luar biasa pada publik.
"Korban bukan tujuan melainkan sarana untuk menciptakan perang urat syaraf. Bunuh satu orang untuk menakuti seribu orang," ujar Suhardi di Hotel Lumire, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Suhardi menjelaskan, saat ini aksi terorisme lebih ditujukan untuk tujuan politis. Ini ditunjukkan dengan adanya intimidasi yang memaksa dan penghancuran sebagai sarana tujuan tertentu.
(Baca: Kepala BNPT Berharap RUU Antiterorisme Perkuat Penanganan Korban)
"Pesan aksi itu cukup jelas meski pelaku tidak selalu menyatakan diri secara personal," ucap Suhardi.
Selain itu, kata Suhardi, pelaku teror saat ini lebih banyak dimotivasi oleh idealisme yang cukup keras oleh aktor intelektualnya.
"Pelaku dimotivasi idealisme yang cukup keras, misalnya berjuang demi agama dan kemanusiaan. kaum fanatis yang siap mati," kata Suhardi.
Suhardi pun mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap paham radikal terorisme. Pasalnya, paham tersebut dapat memengaruhi siapa saja.
"Ini kewaspadaan kita karena semua sel bisa masuk kepada siapa saja," kata Suhardi.