JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan pengawal Presiden Soekarno, Maulwi Saelan dikenal sebagai sosok "Empat Penjaga" di mata sejarawan Asvi Warman Adam.
"Saya senang menyebut Maulwi sebagai 'Empat Penjaga'," ujar Asvi ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Asvi tidak menyematkan sebutan itu tanpa alasan kepada Maulwi. Menurut dia, Maulwi memiliki empat jasa dalam menjaga Indonesia, terutama di bidang militer, olahraga, dan pendidikan.
Asvi menuturkan, Maulwi berjasa dalam menjaga kedaulatan Indonesia karena ikut serta dalam perang gerilya di Makassar dan Jawa melawan Belanda.
Perjuangan tersebut dimulai Maulwi ketika dia masih menjadi pelajar SMP Nasional. Maulwi bersama pelajar lainnya mengorganisir penyerangan ke Empress Hotel yang ketika itu menjadi markas NICA.
Tokoh kelahiran Makassar 8 Agustus 1926 ketika itu juga membentuk laskar gerilya bernama "Harimau Indonesia" bersama Wolter Mongonsidi.
Pasca-kepindahannya ke Jawa, Maulwi tetap meneruskan perjuangannya dalam menjaga revolusi Indonesia dengan melakukan perang gerilya.
"Ia penjaga republik karena ikut gerilya di Makasar dan Pulau Jawa semasa revolusi kemerdekaan," ucap Asvi.
Jasa kedua Maulwi, lanjut Asvi, yakni ketika dirinya berhasil menjaga gawang Indonesia dari gempuran tim sepak bola Uni Soviet pada pertandingan di Olimpiade Melbourne, Australia, 17 November 1956.
Ketika itu, Maulwi bersama tim berhasil menahan imbang skor 0-0 Uni Soviet yang merupakan salah satu kekuatan sepak bola Eropa ketika itu.
"Ia penjaga gawang PSSI yg legendaris karena sempat menahan Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956," ujar Asvi.
Selain itu, Maulwi juga berjasa ketika aktif menjabat sebagai anggota Resimen Tjakrabirawa sejak didirikan pada 1962 hingga dibubarkan Maret 1966.
Resimen Tjakrabirawa merupakan cikal bakal pasukan pengamanan presiden (Paspampres).
Sosok Maulwi, sebut Asvi, ketika menjadi pengawal Soekarno saat itu tidak perlu diragukan. Maulwi selalu setia mengawal, bahkan ketika Soekarno berobat di Wina, Austria.
"Maulwi mengawal Presiden dalam perjalanan ke luar negeri. Ia mengantar Soekarno berobat di Wina dan melaporkan tentang penyakit yang dideritanya, yakni batu ginjal," tutur Asvi.