Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deradikalisasi Tak Hanya Ditujukan untuk Kelompok Radikal

Kompas.com - 02/08/2016, 16:09 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius mengatakan Pemerintah memerlukan konsep deradikalisasi yang jelas dalam memberantas terorisme.

Sebab menurut Suhardi deradikalisasi merupakan salah satu aspek pencegahan utama dalam pemberantasan terorisme. Karena posisinya yang sentral dalam pemberantasan terorisme, Suhardi pun menilai proses deradikalisasi tak hanya berlaku kepada orang yang sudah terpapar radikalisme.

"Jauh sebelum itu, deradikalisasi harus kita lakukan juga kepada mereka yang berpotensi terpapar radikalisme," papar Suhardi dalam sebuah diskusi di Rancamaya, Bogor, Selasa (2/8/2016).

Karena itu Suhardi menambahkan, BNPT saat ini memiliki sasaran deradikalisasi yang lebih luas. Dia memaparkan pihaknya telah menetapkan beberapa kelompok yang menjadi sasaran deradikalisasi.

"Jadi ada empat kelompok yang akan kami sasar yakni kelompok inti, militan, simpatisan, dan yang berpotensi terpapar radikalisme," kata Suhardi.

Dia pun mengatakan materi deradikalisasi yang diberikan kepada masing-masing kelompok tentunya akan berbeda.

"Seperti kelompok inti dan simpatisan, pasti kadar dan materi deradikalisasinya berbeda karena yang inti itu sudah sampai tahap perencanaan dan aksi terorisme sedangkan yang simpatisan baru sebatas mendukung atau menyumbang dana," ucap Suhardi.

Suhardi berharap dengan melakukan deradikalisasi kepada keempat kelompok tadi harapannya paham radikalisme di Indonesia bisa tereduksi.

"Jadi dari semua pintu kami tutup makanya yang baru berpotensi pun kami sasar juga supaya tidak kecolongan, harapannya peserta diskusi yang terdiri dari ustad dan ustadzah ini bisa menjadi agen deradikalisasi di daerahnya masing-masing," tutur Suhardi.

Kompas TV Pengamat : Program Deradikalisasi kurang kordinasi â?? Satu Meja

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com