Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Konsolidasi Demokrasi Bukan Cuma Efektivitas Parpol di Parlemen, tetapi Juga Jaminan Hak Pemilih"

Kompas.com - 24/07/2016, 19:14 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Heroik Pratama menyatakan, konsolidasi demokrasi semestinya tak dimaknai sebatas efektivitas pengambilan keputusan di parlemen.

Hal itu disampaikannya untuk menanggapi usulan partai politik (parpol) di parlemen yang hendak menaikkan ambang batas parlemen dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilu.

Hampir semua parpol beralasan pengurangan jumlah partai bertujuan untuk memperkuat konsolidasi demokrasi di Indonesia.

"Padahal, itu hanya satu sisi dari konsolidasi demokrasi, selain efektivitas di parlemen konsolidasi demokrasi sejatinya juga bicara soal penjaminan hak pemilih. Artinya, suara yang sudah mereka berikan juga harus dihargai dengan memilih sistem pemilu yang tepat," kata Heroik dalam sebuah diskusi di Bilangan Jakarta Selatan, Minggu (24/7/2016).

Dia menyatakan, semakin terkonsolidasi semestinya demokrasi di sebuah negara justru semakin berpihak kepada pemilik suara. Artinya, para pemilih tak perlu direpotkan dengan pilihan partai yang banyak, tetapi tak berbeda secara ideologi.

Hal senada disampaikan oleh Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafiz. Dia menyatakan, sejatinya pemilih tak menginginkan pilihan partai yang terlalu banyak.

"Jadi selama ini yang membuat demokrasi tak juga terkonsolidasi bukan pemilihnya, tetapi elite-elite politiknya, yang membuat jumlah partai semakin banyak kan bukan pemilihnya," kata Masykur dalam kesempatan yang sama.

"Jadi kalau ada pemilih yang memberikan suaranya untuk partai baru atau partai kecil, jangan lantas dibiarkan hangus dengan peningkatan ambang batas parlemen yang ekstrem, sistem pemilu juga harus menjamin hak pemilih sebagai bentuk konsolidasi demokrasi di aspek pemilu," lanjut dia.

Kompas TV Harus! Kolaborasi Calon Perseorangan dan Partai Politik jika Menang Pilkada- Satu Meja Eps 134 bagian 3
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
4 Bandar Besar Judi 'Online' di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

4 Bandar Besar Judi "Online" di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

Nasional
Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Nasional
Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Nasional
Ketua RT di Kasus 'Vina Cirebon' Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Ketua RT di Kasus "Vina Cirebon" Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Nasional
Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Nasional
PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

Nasional
Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Nasional
Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Nasional
Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Nasional
Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Nasional
PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

Nasional
Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com