Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Dinilai Tak Cermat Susun Anggaran

Kompas.com - 10/06/2016, 06:18 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Anggota Komisi II DPR M Misbakhun mengkritik langkah pemerintah terkait kebijakan penghematan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016.

Ia menilai, pemerintah tidak cermat dalam penyusunan anggaran.

Hal itu disampaikan Misbakhun saat rapat kerja dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Sekretariat Negara, Sekretaris Kabinet dan Kepala Staf Kepresidenan, Kamis (9/6/2016).

Pemotongan anggaran kementerian dan lembaga tidak perlu dilakukan jika menyesuaikan dengan penyerapan anggaran tahun sebelumnya.

Ia mencontohkan, pada 2015 lalu, serapan anggaran Kementerian ATR hanya Rp 5,72 triliun atau sekitar 79 persen dari pagu anggaran Rp 6,344 triliun.

Pada APBN 2016, Kementerian ATR mengajukan anggaran Rp 6,3 triliun, dan kini akan dipotong menjadi Rp 6,023 triliun pada rancangan APBN Perubahan 2016.

Hal yang sama juga terjadi di Kementerian Sekretaris Negara. Realisasi anggaran kementerian itu pada APBN 2015 Rp 1,9 triliun.

Namun, di APBN 2016, Setneg mengajukan anggaran Rp 2,31 triliun dan akan dipotong menjadi Rp 2,04 triliun pada APBN-P 2016.

“Kesannya, anggaran 2016 itu disusun dengan pukul rata, asal naik dari anggaran sebelumnya. Padahal, kalau melihat realisasi sebelumnya tidak perlu ada kenaikan,” kata Misbakhun.

Ketidakcermatan di dalam proses penyusunan anggaran, menurut dia, berdampak kurang baik bagi negara.

Menurut dia, pemerintah seharusnya cermat dalam menyusun anggaran dengan mempertimbangkan tambahan pemasukan yang akan diperoleh untuk menunjang APBN.

Pemerintah berharap dari pemasukan yang belum memiliki kepastian.

Ia mencontohkan, pemerintah kini tengah berharap pemasukan tambahan yang bersumber dari pengampunan pajak atau Tax Amnesty.

Namun, hingga kini payung hukum Tax Amnesty belum rampung disusun antara pemerintah dengan DPR.

"Faktor uncertainty (ketidakpastian) meningkat. Ini bahaya, memasukkan sesuatu yang uncertain ke pola pembangunan yang pasti. Ini sinyal bagi semua kementerian perlu melakukan konsolidasi program," papar Misbakhun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com