Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orasi Ilmiah, Megawati Bicara Sipadan dan Ligitan hingga Proyek LNG Tangguh

Kompas.com - 25/05/2016, 14:27 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi ilmiah tentang berbagai kebijakan dan peristiwa yang sering dipermasalahkan saat dirinya menjabat sebagai Presiden kelima RI.

Hal itu disampaikan Megawati saat menerima anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Padjadjaran.

"Pada kesempatan ini ijinkan saya menyampaikan pertangungjawaban sejarah atas berbagai persoalan penting ketika saya menjadi presiden," ucap Megawati saat membuka orasi ilmiahnya di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Kamis (25/5/2016).

Pertama, dia menyinggung Sengketa Sipadan dan Ligitan. Menurut Megawati, jika didasarkan pada Undang-undang Nomor 4/Perppu/1960 tentang Negara Kepulauan, Sipadan dan Ligitan tidak termasuk wilayah perairan Indonesia dan Malaysia.

"Sehingga keduanya kemudian memperebutkannya dengan berbagai argumentasi. Sengketa kedua pulau tersebut sebenarnya telah terjadi sejak tahun 1967. Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia (Soeharto) melunak dan menyepakati untuk membawa sengketa ini ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice) di Den Haag Belanda," kata Mega.

Saat itu, dia memerintahkan Menteri Luar Negeri untuk terus memperjuangkan agar Sipadan dan Ligitan menjadi bagian dari wilayah Indonesia.

(baca: Megawati Terima Gelar Doktor, Ahok Kirim Bunga)

"Dan Putusan Mahkamah Internasional yang memenangkan Malaysia tersebut kebetulan ditetapkan pada tahun 2002, saat saya menjabat sebagai Presiden," lanjut Mega.

Kedua terkait Pulau Nipah. Menurut dia, ada satu catatan sejarah yang hampir terlupakan, mengenai kedaulatan wilayah RI. Ia mengatakan, Pulau Nipah berbatasan dengan Singapura.

Saat itu, Pulau Nipah hampir tenggelam karena pengerukan pasir oleh Singapura. Jika pulau itu tenggelam dan hilang, tentu saja wilayah Singapura akan semakin luas.

(baca: Unpad Resmi Anugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa kepada Megawati)

"Saya segera perintahkan untuk menimbun kembali pulau itu. Ketika berkunjung ke Singapura, pada saat kembali ke tanah air, saya minta dijemput dengan Kapal Perang Republik Indonesia untuk meninjau Pulau Nipah. Hal itu saya lakukan dengan sengaja untuk menunjukkan kepada Singapura bahwa Pulau Nipah adalah bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia," ujar Megawati.

Ketiga, yakni proyek Liquid Natural Gas (LNG) Tangguh antara Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Dia mengatakan, saat itu suplai minyak internasional masih melimpah dan tidak ada satu pun negara yang mau membeli gas Indonesia.

"Gas bumi Indonesia untuk dapat diekspor harus dalam bentuk LNG. Kita pun dalam kondisi harus bersaing dengan Rusia dan Australia yang langsung bertetangga dengan Tiongkok dan sudah berencana membangun pipa gas ke negara tersebut," kata Mega.

Saat itu, Megawati akhirnya memutuskan untuk melakukan lobi diplomatik “Lenso Bengawan Solo” secara langsung dengan Presiden RRT ketika itu, Jiang Zemin.

Akhirnya, RRT membatalkan kerja sama dengan Rusia dan Australia dan memilih bekerja sama dengan Indonesia.

Megawati pun mengakhiri orasi ilmiahnya dengan berpesan supaya pemimpin masa depan adalah pemimpin yang memiliki wawasan kebangsaan yang luas.

"Itu sebagaimana pula yang dipesankan Bung Karno kepada bangsa ini," ucap Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com