Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Sensor Kebaya di Tayangan Puteri Indonesia, Ini Jawaban Pihak TV

Kompas.com - 27/02/2016, 09:44 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Publik sempat dihebohkan dengan adanya blur atau sensor gambar pada tayangan acara Malam Penobatan Puteri Indonesia, Jumat (19/2/2016).

Melalui siaran langsung yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta, publik tak dapat secara jelas menikmati karya-karya perancang yang busananya digunakan oleh para kontestan Puteri Indonesia.

Banyak warga yang menuding, pengaburan gambar tersebut merupakan ulah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Korporat Indosiar, Gilang Iskandar, menjelaskan bahwa pengaburan gambar dilakukan oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Untuk tayangan Puteri Indonesia, kata dia, pengaburan dilakukan karena KPI terlalu sering memberikan teguran kepada mereka.

"Terlalu sering KPI memberi teguran. Jadi, kami ya daripada berisiko, maka melakukan itu (pengaburan gambar)," ujar Gilang saat dihubungi, Sabtu (27/2/2016).

Menurut dia, acuan pengaburan gambar tertuang dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (PPPSPS). Menurut salah satu pasal, stasiun televisi dilarang menampilkan tayangan dengan menunjukkan bagian tubuh tertentu yang dinilai terlalu dewasa untuk disiarkan.

Namun, kata Gilang, pihak televisi sesungguhnya tak melakukan pengaburan secara keseluruhan, tetapi hanya bagian yang dilarang.

"Karena bajunya terlalu nerawang di bagian dada, sama anak-anak di-blur. Jadi, di medsos kok tinggal muka. Aslinya enggak," kata dia.

Sebelumnya, pada siaran langsung Puteri Indonesia yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta dari Jakarta Convention Center, busana kebaya yang dikenakan oleh finalis Puteri Indonesia 2016 disebut disensor oleh KPI.

Menanggapi hal tersebut, desainer Lenny Agustin memiliki opini pribadi yang diungkapkan kepada Kompas Female. Menurut dia, jika memang akan ada pengaburan gambar, para desainer diberi tahu terlebih dahulu sehingga tidak menciptakan desain pakaian yang terlalu terbuka.

"Sebenarnya sangat merugikan desainer karena desainer kan sebenarnya ingin promosi di acara itu dan udah mengeluarkan effort yang besar untuk produknya," ucap Lenny.

Senada dengan Lenny, desainer Deden Iswanto menerima keputusan menyensor bagian tubuh wanita tertentu saat sedang mengenakan kebaya. 

"Kalau acaranya Puteri Indonesia harusnya sebagai desainer sudah siap karena peraturan di televisi saat ini memang tak boleh. Itu memang kebijakan pemerintah. Kami harus menaati pemerintah saat ini," ungkap Deden. 

(Baca selengkapnya: Kebaya Puteri Indonesia Kena Sensor, Ini Tanggapan Para Perancang Busana)

Publik merasa, tindakan penyensoran busana kebaya Puteri Indonesia itu sebagai sesuatu yang berlebihan. Sebab, semestinya rakyat Indonesia melestarikan dan merasa bangga akan warisan pakaian tradisional, seperti kebaya.

Setidaknya, sebagian besar netizen mengutarakan rasa keberatan mereka dengan menuliskan berbagai komentar dan status di akun media sosial masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com