Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputusan Presiden Naikkan Anggaran Kemenhan Dinilai Tepat

Kompas.com - 25/02/2016, 12:08 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mendukung keputusan Presiden Joko Widodo yang menaikkan anggaran Kementerian Pertahanan dan TNI sebesar 1,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2016 atau sekitar Rp 180 triliun.

Keputusan tersebut diungkapkan Jokowi pada rapat terbatas mengenai pembangunan kekuatan TNI, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/2/2016).

"Kita dukung. Karena memang kebutuhan anggaran itu yang ideal," kata Hasanuddin di Kompleks Parlemen, Kamis (25/2/2016).

"Kalau Renstra sampai 2019 yang dibutuhkan 1,5 persen dari PDB. Kalo pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen," sambungnya.

Agar penyerapan anggaran maksimal, Hasanuddin mencatat setidaknya ada empat poin yang harus diperhatikan oleh Kemenhan.

Pertama, Kemenhan diminta melakukan revisi konsep pertahanan dan menyesuaikannya dengan situasi geografis yang ada.

"Kan tren sudah berbeda perkembangannya," kata politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) itu.

Kedua, Kemenhan juga dominta untuk meredisposisi satuan-satuan TNI untuk keperluan strategi tersebut.

Selanjutnya, terkait masalah pengadaan. Hasanuddin menuturkan, harus ada audit yang dilakukan Kemenhan untuk selama dan sesudah pengadaan barang.

Tujuannya, agar setiap rupiah yang dikeluarkan efektif dan efisien. Yang keempat adalah agar senjata itu multiguna.

"Bukan hanya perang juga harus berlaku," ujar dia.

Sebelumnya, dalam rapat terbatas bebrapa hari lalu, Jokowi ingin TNI menyiapkan sedini mungkin rencana pengunaan anggaran untuk keperluan pengadaan alutsista.

Ia menyebutkan, anggaran TNI pada 2014 sebesar 0,78 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Sedangkan pada 2015, anggaran TNI sebesar 0,89 persen dari PDB. Pada 2016, anggaran TNI mencapai 1,1 persen dari PDB.

Jokowi mengungkapkan, anggaran TNI pada 2017 bisa mencapai 1,5 persen dari PDB dengan catatan pertumbuhan ekonomi di atas enam persen.

Menurut Jokowi, jumlah tersebut setara dengan Rp 250 triliun.

Ia berharap penguatan TNI bisa diwujudkan agar mampu menghadapi berbagai jenis peperangan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com