Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerhana Matahari Total Didekati yang Jauh, Dijauhi yang Dekat

Kompas.com - 16/02/2016, 20:37 WIB

Duapuluh dua hari menuju gerhana matahari total yang akan melintasi Indonesia tanggal 9 Maret 2016 mendatang, beberapa kalangan seperti peneliti, penghobi astronomi, dan wisatawan asing sudah berancang-ancang untuk datang menghabiskan waktu untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Sayangnya antusiasime tersebut tidak terlampau nampak di antara warga sekitar. Sebagian bahkan mengingat gerhana sebagai fenomena yang harus dihindari seperti gerhana yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Itulah kesimpulan yang muncul dari penuturan warga yang tinggal di sepanjang jalur yang dilalui jalur gerhana matahari seperti Palangkaraya, Palu, Halmahera Timur, Balikpapan, dan bahkan di Palembang.

Padahal untuk wilayah seperti Palangkaraya, mereka pernah mengalami gerhana matahari sebagian (GMS) dengan 90 persen piringan matahari tertutup piringan bulan pada tanggal 11 Juni 1983. Saat itu, warga justru menghindari fenomena alam ini.


Ketidaktahuan tersebut tidak hanya terjadi pada masyarakat awam, tapi juga kalangan pelajar. Seperti diutarakan Sifanus Yoga (15), siswa kelas X SMA Negeri I Palangkaraya yang menjelaskan bahwa para guru belum memberitahu para siswa bahwa akan berlangsung gerhana matahari total yang melintasi tempat tinggal mereka.

"Saya pikir gerhana sekarang masih seperti dulu, semua orang harus di dalam rumah, sembunyi di kolong meja atau tempat tidur, dan menutup jendela dan celah-celah rumah agar mata tidak buat," ujar Ansyar (43) yang tinggal di Palu, Sulawesi Tengah.


Laporan lengkap mengenai pantauan kesiapan warga menyambut gerhana matahari total akan disusun oleh tim Harian Kompas dari berbagai wilayah di Indonesia dan diturunkan dalam artikel pada hari Rabu (17/2).

Selain minimnya informasi yang didapatkan warga menghadapi fenomena alam ini, beberapa wilayah ternyata juga terlihat kurang siap dalam menyambut fenomena gerhana matahari total.

Artikel yang diturunkan Harian Kompas juga mengulas peluang dari sektor pariwisata yang muncul untuk menyambut gerhana matahari total, Baca laporan lengkapnya di Harian Kompas. (Didit Putra Erlangga)

Simak laporan lengkap kesiapan warga menyambut gerhana di harian Kompas edisi Rabu (17/2/2016), atau silakan berlangganan di http://kiosk.kompas.com dan baca versi epapernya di http://epaper.kompas.com.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com