Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Ketua MPR: Bawang Merah Dijual Murah oleh Petani, Masuk Pasar Jadi Mahal

Kompas.com - 02/02/2016, 15:36 WIB
advertorial

Penulis


KOMPAS.com — Selasa (2/2/2016), Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menerima kunjungan petani bawang merah di ruang kerjanya, di lantai 9 Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Beberapa persoalan dan keluhan para petani bawang merah didengarkan pada audiensi ini.

Selama ini, yang sering menjadi keluhan para petani bawang adalah harga produksi yang diterima tidak berbanding lurus dengan harga bawang yang sudah diterima konsumen.  

Rendahnya harga bawang yang diterima oleh para petani tidak berbanding lurus dengan harga jual yang ada di pasaran.  

"Saya concern dengan persoalan petani-petani bawang, atau bahan-bahan pokok seperti ini. Kehadiran pemerintah benar-benar dibutuhkan untuk mengatasi persoalan ini."

"Sekarang begini, harga bawang yang diterima petani setelah panen Rp 8.000, begitu sampai ke konsumen bisa menjadi Rp 40.000," ujar Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. 

Menurut Zulkifli, kehadiran pemerintah diperlukan untuk menjembatani petani dan pengusaha petani bawang dengan konsumen. Dengan demikian, baik petani maupun konsumen bisa mendapat harga bawang yang bagus. 

Menurut salah satu perwakilan petani bawang merah, Umar Jahidin, Indonesia adalah negara konsumen terbesar untuk bawang merah. Karena dasar itulah, ia mengharapkan kehadiran pemerintah lebih fokus dalam mengatasi hal ini. 

"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah yang menghentikan impor bawang merah. Namun, para petani bawang merah belum menikmati hasilnya dikarenakan harga bawang yang belum membaik," ujar Jahidin yang datang mewakili para petani bawang merah dari Brebes, Majalengka, dan Nganjuk ini. 

Maka dari itu, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mendorong pemerintah untuk turun langsung menyelesaikan persoalan para petani ini agar kesejahteraan petani terjaga, dan hasil produksi para petani itu bisa sesuai dengan jerih payahnya, serta masyarakat yang menjadi konsumen bisa menikmati harga yang bagus dan sesuai. 

"Petani itu pergi kerja gelap (pagi buta), pulang gelap (malam), badan gelap, masa rezekinya juga gelap. Begitu panen, produksi petani dihargai murah. Tidak cuma bawang, hasil tani yang lain, seperti jagung, juga harganya jelek," kata Zulkifli.

"Ketika masuk pasar untuk konsumen, harganya jadi mahal. Ini hal yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah," lanjutnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Zulkifli Hasan juga mengingatkan bahwa tata niaga pangan seperti ini harus diperbaiki. Persoalan-persoalan yang dianggap merugikan harus ditinjau ulang.

"Intinya, kita harus kerja benar, jangan akal-akalan, nanti pada akhirnya kita jadi menipu diri sendiri. Kita tidak akan bisa swasembada kalau seperti itu terus," tutup Zulkifli.  

Isu kesenjangan sosial dan pembinaan masyarakat

Pada kesempatan yang sama, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan juga menerima kunjungan dari Majelis KAHMI (2/2/2016). Sekjen KAHMI Subandryo datang langsung menemui Zulkifli Hasan untuk memberikan undangan acara ulang tahun ke-50 KAHMI pada 17 September 2016 nanti.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com