Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Purwakarta: Haram Hukumnya Biarkan Rakyat Mati Menderita

Kompas.com - 13/01/2016, 19:38 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Membangun sebuah kabupaten ke arah yang lebih baik memang membutuhkan sosok pemimpin gigih dan berkarakter.

Setidaknya begitu yang dirasakan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi selama memimpin daerahnya.

"Tahun pertama memimpin sebenarnya saya ingin mengubah mindset masyarakat agar lebih berkebudayaan, tapi ternyata itu sulit dan menimbulkan kontroversi. Akhirnya saya memulainya dari infrastruktur," tutur Dedi alam sebuah acara talkshow bertajuk Inspiring Leader di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia Depok, Rabu (13/1/2016). 


Pada periode awal kepemimpinannya, Dedi mencurahkan perhatiannya pada perbaikan infrastruktur publik karena masih banyak desa di Purwakarta yang tidak memiliki jalan yang layak.

Perbaikan ini penting agar seluruh daerah memilki akses yang baik dan mudah dijangkau.

Dedi pun menemukan beberapa desa di sekitar Waduk Jatiluhur yang tidak memiliki pasokan listrik dan air bersih. Perbaikan mulai dilakukan.

Perlahan, dia lalu mulai menata sektor pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan birokrasi. Pendidikan gratis, fasilitas kesehatan yang memadai, peningkatan pelayanan publik dan pengembangan pertanian yang terintegrasi industri, menjadi fokus utama.

Ada beberapa kebijakan Dedi yang dia nilai cukup unik dan bisa ditiru di daerah lain, seperti mewajibkan anak-anak mengonsumsi telur dan susu yang disediakan oleh pemerintah, orang miskin diberikan jatah daging 2 kilogram setiap bulan.

Selain itu, Dedi juga membuat syarat tidak boleh merokok jika ingin naik kelas bagi siswa laki-laki, dan syarat pintar menenun bagi siswa perempuan.

Tak main-main, kebijakan itu dimasukkan Dedi dalam Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun 2015.

"Haram hukumnya bagi Bupati membiarkan rakyatnya menderita dan mati karena tidak diperhatikan," ujarnya.

Setelah itu Dedi Mulyadi mulai menunjukkan komitmennya untuk mengangkat kebudayaan Sunda menjadi jiwa dari masyarakat Purwakarta. Ia menerapkan nilai-nilai luhur yang mengharuskan setiap masyarakatnya hidup selaras dengan alam.

"Kearifan Sunda yang mengharuskan manusia selaras dengan bumi yang dipijak ini penting, karena Tuhan menciptakan tanah yang memiliki keunggulan tersendiri, sehingga berdampak pada ketahanan ekonomi dan pangan," kata Dedi.

Ia juga menyayangkan bahwa selama ini masyarakat indonesia tidak menghormati kearifan lokal yang dimiliki. Prestasi lain yang tidak kalah penting adalah membangun Purwakarta sebagai salah satu destinasi pariwisata.

Dedi berhasil membangun empat ikon kota Purwakarta yang cukup mendunia, yaitu Museum Diorama, Bale Panyawangan, Monumen Citra Resmi dan Taman Air Mancur Situ Beleud yang telah dinyatakan sebagai air mancur terbesar di ASEAN.

Selain itu, Bupati yang kerap berpenampilan pakaian serba putih lengkap dengan ikat kepala tersebut sering menggelar ajang seni budaya tingkat internasional.

Langkah ini, menurutnya, penting untuk memperkenalkan budaya Purwakarta kepada dunia.

Ketika ditanya apa yang menjadi prioritasnya saat ini, ia menjawab,"Saat ini saya sedang menyiapkan perumahan gratis."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com