Lafia mengungkapkan kekesalannya di hadapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, yang melakukan kunjungan ke Palembang dan Jambi selama dua hari, Senin (26/10/2015) dan Selasa (27/10/2015). Sekolah Lafia menjadi sekolah pertama yang dikunjungi Anies.
"Kami kan di sini belajar. Lalu apa pemikiran perusahaan-perusahaan yang membakar lahan itu ya? Mereka memikirkan diri sendiri dengan membakar, membuat lahan baru, untuk kesenangan mereka sendiri. Sementara kami bernapas saja sulit," ujar Lafia dengan suara lantang.
"Saya kepingin pemerintah itu menuntut perusahaan-perusahaan itu, baik luar atau dalam negeri. Karena menurut saya, mereka itu hanya untuk kesenangan diri sendiri saja, demi sawit yang mereka tanam. Sementara anak bangsa yang ingin membangun bangsa ini tidak dihiraukan," lanjut dia.
Lafia juga meminta aparat penegak hukum tidak main-main dalam menindak perusahaan tersebut.
"Jangan cuma masuk televisi beberapa hari, lalu hilang enggak diproses-proses," ujar dia.
Mendengar keluh kesah Lafia, Anies hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memaklumi jika para siswa mulai terganggu dengan kabut asap yang semakin pekat.
"Itu tadi ungkapan kemarahan anak-anak terhadap perusahaan itu. Ya bagaimana tidak marah, asapnya merugikan mereka," ujar Anies.
Tak pengaruhi nilai
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Sumatera Selatan, ada tujuh dari 17 kabupaten di Sumsel yang terkena dampak asap. Di tujuh kabupatten itu, terdapat 2.464 SD, 21 SLB, 756 SMP, 250 SMA dan 140 SMK.
Kabut asap yang terjadi pada tahun ini dinilai paling buruk dalam 18 tahun terakhir.
"Asap kali ini paling parah memang," ujar Arya (12), siswa Kelas VII SMP Al Furqon.
Kegiatan belajar mengajar pun terganggu, karena diliburkan atau para siswa dipulangkan lebih cepat. Dalam kondisi demikian pula, Arya dan rekan-rekannya harus menyelesaikan ujian mid semester, pekan lalu. Beruntung, asap tak membuat nilainya anjlok.
Hal senada disampaikan Mahesa (14), siswa Kelas IX SMP yang sama. Jika tahun-tahun sebelumnya asap hanya beberapa hari saja masuk ke ruang kelas dan mengganggu aktivitas belajar mengajar, tahun ini kondisi itu terjadi setiap hari.
"Yang paling mengganggu itu kalau olah raga. Kita kan pasti ngos-ngosan. Nah di situ kita merasa sering sesak," ujar dia.