Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Mengubah UUD Itu Suatu Keniscayaan

Kompas.com - 18/08/2015, 18:25 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar  (UUD) bukanlah suatu aturan yang tidak bisa diubah. Perubahan UUD merupakan suatu keniscayaan yang mengikuti dinamika bangsa.

"UUD suatu negara tentu bukanlah suatu jimat yang harus bersifat tetap. Di Thailand, setiap pemerintahan berubah, setiap pemilu, UUD-nya berubah. India, Malaysia, juga begitu, setiap pemilu, mengubah UUD. Ini suatu perubahan UUD, suatu keniscayaan karena perubahan dinamika bangsa itu sendiri," kata Kalla saat menghadiri peringatan Hari Konstitusi di Gedung Nusantara IV, Kompleks MPR/DPR/DPD, Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Acara ini dihadiri segenap pimpinan MPR, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, serta Menteri Kesehatan Nila F Moeloek.

Selama 70 tahun merdeka, lanjut Kalla, Indonesia empat kali menggunakan UUD yang berbeda, yakni UUD 1945, kemudian UUD berserikat pada 1950, UUD sementara yang lebih liberal berdasarkan sistem parlementer, lalu kembali lagi pada UUD 1945. Kendati demikian, menurut Kalla, mengubah suatu UUD bukanlah perkara yang mudah. Perubahan UUD harus melalui sidang MPR.

"Berbeda dengan undang-undang, meskipun diputuskan 500-an orang di DPR, bisa diubah oleh lima orang hakim konstitusi, tetapi mengubah UUD merupakan suatu hal yang bisa dilakukan, tetapi tidak gampang," kata Kalla.

Berbeda dengan UUD yang bisa diubah, Kalla mengingatkan bahwa falsafah bangsa harus dipertahankan. Falsafah inilah yang mendasari pembentukan suatu bangsa dan penyusunan konstitusi. Falsafah dan sejarah pembentukan satu bangsa juga berbeda satu sama lain. Ia menyebut Pancasila sebagai salah satu falsafah bangsa yang harus dijaga.

"Kalimat pertama dalam UUD adalah kemerdekaan. Karena pengalaman kita pernah dijajah, tentu kita solider bahwa seluruh bangsa harus merdeka dari penjajahan, itulah falsafah. Tentu berbeda dengan fallsafah bangsa lain. Inggris berdasarkan magna carta, atau kesepakatan bangsawan-bangsawan, Amerika declaration of independence, lalu Malaysia beda lagi, dengan kesepakatan raja-raja," tutur Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com