MAKASSAR, KOMPAS.com - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Moqoddas menilai bahwa praktik politik uang yang sering terjadi pada pemilu, termasuk pilkada, merupakan dampak dari kualitas demokrasi.
"Penurunan kualitas demokrasi ini merupakan proses yang panjang dan saling terkait, dimulai dari tata kelola ketatanegeraan," kata Busyro Muqoddas di lokasi Muktamar Muhammadiyah di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Jumat (7/8/2015).
Menurut Busyro, jika mencermati tata kelola ketatanegaraan meliputi, eksekutif, legislatif, dan yudikatif, banyak yang melahirkan kebijakan yang tercerabut dari amanah konstitusi. Padahal, kata dia, kontitusi mengamanahkan melindungi segenap warga negaranya, negara, serta kekayaan alam dikelola untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Namun realitasnya, kata dia, banyaknya aturan perundangan dan kebijakan, yang tercerabut dari amanah konstitusi pasar dikendalikan oleh kekuatan kapital. Hal ini pun berdampak pada rakyat yang mengalami marjinalisasi.
"Padahal, hak-hak rakyat dijamin oleh konstitusi dan konvensi HAM Internasional," kata Busyro.
Mantan pimpinan KPK ini menambahkan, pasar dikendalikan oleh kekuatan kapital ini, dari pendekatan politik memberikan dampak proses politik belum bisa bebas dari praktik politik uang, oligarki politik, dan politik dinasti.
Busyro menegaskan, posisi Muhammadiyah adalah merespons seluruh persoalan ketatanegaraan yang menjadi misi Muhammadiyah dalam dakwah konstitusi. Menurut dia, Muhammadiyah juga sudah menginventarisasi aturan perundangan dan mencatat ada sebanyak115 UU yang tidak pro-rakyat, di antaranya UU tentang Minerba yang sudah dbatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.