Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Polisi Sulit Menangkap Santoso

Kompas.com - 25/05/2015, 17:33 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Teroris yang paling dicari, Santoso, hingga saat ini belum ditangkap. Polisi sudah berhasil menangkap, bahkan menembak mati anak buahnya. Lokasi keberadaan Santoso pun telah diperkirakan. Lantas, dengan kekuatan personel kepolisian yang ada, mengapa hingga saat ini Polisi sulit menangkap Santoso?

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Agus Rianto mengakui bahwa kepolisian kesulitan menangkap sosok Santoso yang disebut-sebut berada di wilayah hutan Sulawesi itu. Anak buah Santoso yang satu per satu ditangkap tidak dapat membawa Polisi menangkap Santoso.

"Doktrin-doktrin yang mereka miliki membuat sulit kita mendapatkan informasi akurat dari mereka yang kita tangkap. Sangat tertutup," ujar Agus di kompleks Mabes Polri pada Senin (25/5/2015) siang.

Bahkan, meskipun anak buah Santoso yang ditangkap tersebut bertugas sebagai pengantar logistik persenjataan hingga bahan makanan selama Santoso bertahan di tengah hutan, Polisi tidak juga dapat mengetahui keberadaan Santoso. Agus menduga orang yang bertugas untuk mengirimkan logistik persenjataan atau bahan makanan sehari-hari tidak hanya satu orang saja serta dibuat terstruktur.

Strategi tersebut memungkinkan jika salah seorang kurir kelompok tertangkap Polisi, tugas yang sama akan digantikan oleh kurir yang lainnya.

"Alasan lainnya mengapa kita sulit menangkap Santoso, medannya cukup sulit ditembus. Apalagi yang bersangkutan kan statusnya buron sehingga selalu berpindah-pindah titik persembunyian," ujar Agus.

Strategi kepolisian, lanjut Agus, adalah dengan memburu satu per satu anak buahnya hingga Santoso tidak lagi dapat berkutik. Jika sudah dalam kondisi demikian, Agus berharap yang bersangkutan menyerahkan diri ke kepolisian.

"Berdasarkan data Kapolri, di Poso itu ada dua kelompok terorisme. Dipimpin oleh Santoso dan Daeng Koro. Kekuatan mereka itu total tidak sampai 60 orang, hanya sekitar 50-an. Itu akan kita terus mengurangi kekuatan dia agar kalau bisa menyerah saja," ujar Agus.

Santoso adalah pemimpin kelompok teroris yang diduga kuat melakukan serangkaian kasus kekerasan di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Nama kelompok Santoso adalah Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), bagian lain dari Mujahiddin Indonesia Barat (MIB) pimpinan Abubakar Ba'asyir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com