Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bocah Pengalung Bunga Presiden Chou En Lai di KAA 1955

Kompas.com - 24/04/2015, 17:40 WIB
Sabrina Asril

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Jackson Leung Sze Mau (74) berdiri menyaksikan kemeriahan Konferensi Asia Afrika 2015 di Bandung, Jawa Barat. Meski tak diundang dalam pelaksanaan KAA kali ini, namun semangat Jackson soal solidaritas Asia-Afrika tak perlu diragukan.

Pria ini adalah salah seorang saksi sejarah atas peristiwa KAA 1955. Dia adalah bocah 14 tahun yang mendapat kesempatan langka untuk mengalungkan rangkaian bunga kepada Presiden Republik Rakyat China saat itu Chou En Lai.

"Waktu itu saya dipilih, awalnya saya tidak tahu karena dilihat nilai saya itu rata-rata 89,89 dan dari segi perilaku dapat dinilai super. Ternyata terpilih," ujar Jackson yang ketika itu masih menempuh studi di Sekolah Rakyat di Cihampelas.

Dia bercerita untuk memberitahukan keterpilihannya itu kepala sekolah sampai datang ke rumahnya. Jackson muda pun bingung dengan kedatangan kepala sekolah. Apalagi saat kepala sekolah memintanya untuk ikut menaiki sepeda motor dengan merahasiakan tujuan. Hingga pertemuan dengan kepala sekolah itu, Jackson mengaku masih belum mengetahui tugasnya apa.

"Hanya diminta jaga rahasia aja, tapi nggak tahu tugasnya apa," ucap dia.

Pada 16 April, Jackson kemudian dijemput kepala sekolah ke Bandara Husein Sastranegara. Di sana, sudah banyak puluhan siswa SR yang berbaris. Atas perintah kepala sekolah, Jackson pun ikut berbaris. Namun, informasi kemudian menyebutkan bahwa tamu yang akan disambut batal hadir.

Saat itu, Jackson masih belum mengetahui tamu spesial yang mendapat sambutan spesial itu. Keesokan harinya, Jackson kembali dijemput kepala sekolah menuju bandara. Kali ini dia diberikan kalung bunga.

Terkejutnya dia saat Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo ternyata ada di bandara dan dia diminta mengikuti langkah Ali. Ternyata, Ali hadir untuk menyambut kedatangan Presiden China Chou En Lai.

Kedatangan Chou saat itu tertunda karena ada isu sabotase pesawat. Pesawat Kashmir Princess yang diduga ditumpangi Chou jatuh di perairan Natuna, namun Chou tak berada dalam pesawat dan berhasil tiba sampai di Bandung pada 18 April untuk mengikuti KAA pertama kalinya.

Bagi Jackson, peristiwa mengalungkan bunga kepada orang nomor satu China tak akan pernah dilakukannya. Meski masih berusia muda saat itu, Jackson mengaku sedikit banyak tahu soal situasi politik era itu yang panas.

Masih terkenang Bung Karno

Tumbuh dan berkembang di era serba sulit, Jackson mengakui adanya perbedaan generasi tempo dulu dengan saat itu. Menurut dia, anak-anak hingga orang tua zaman dulu berada dalam semangat nasionalisme yang sama. Sebagian besar dari mereka pun tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan mendengarkan pidato Bung Karno.

"Saya ingat waktu saya kecil dulu akan sosok Bung Karno. Dari tua sampai anak kecil rela berdiri selama 3 jam hanya untuk mendengar Bung Karno. Dari situ, pidato Bung Karno yang saya ingat adalah semangatnya supaya tidak ada bangsa yang terjajah," ucap dia.

Semenjak peristiwa KAA 1955, lanjut Jackson, warga Bandung memiliki keterikatan khusus dengan sejarah melawan imperialisme. Sehingga pada seremoni ke-60 ini, Jackson yang didaulat sebagai Duta Museum KAA itu sengaja hadir meski tidak diundang.

"Saya aktif mengikuti kegiatan duta Museum KAA, banyak kegiatannya bantu masyarakat miskin, pendidikan, kesehatan. Kalau ada pelatihan pramuka, saya juga bantu," ujar pria yang kini menjadi pengusaha itu.

Dengan dedikasi Jackson membantu sesama, pada 19 April 2013, Jackson mendapat penghargaan dari Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang menilainya berpartisipasi aktif dan terus mendukung upaya pelestarian dan internalisasi nilai-nilai Semangat Bandung di generasi muda.

"Kita sebagai pemuda yang punya kewajiban dalam (memaknai) sejarah," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com