JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyayangkan sikap pemerintah yang terus menunda pelaksanaan eksekusi terhadap terpidana mati kasus narkoba. Menurut dia, penundaan ini justru akan memperkeruh hubungan Indonesia dengan dunia internasional.
Pasalnya, Presiden Joko Widodo sudah berkali-kali menegaskan tidak akan mengubah keputusannya soal eksekusi mati para terpidana kasus narkoba.
"Lebih bagus Presiden sebelum ngomong dipikir-pikir dulu deh karena ini sudah tercatat. Dipertimbangkan dulu dengan masak apa pun yang mau disampaikan ke publik," kata Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (19/3/2015).
Menurut Fadli, saat ini pemerintah harus mengambil sikap yang jelas terkait eksekusi mati. Jika pemerintah sudah bisa melakukan eksekusi, tidak ada alasan untuk menunda. Sebaliknya, jika pemerintah memang belum bisa melakukan eksekusi karena alasan tertentu, pemerintah harus memberikan pernyataan resmi ke publik.
Jika pemerintah hanya menggantungkan nasib terpidana mati yang akan dieksekusi, Fadli khawatir protes akan semakin berdatangan dari negara-negara yang warganya akan dieksekusi. (Baca: Wapres Jusuf Kalla Sebut Eksekusi Mati Dapat Terlaksana Hingga Berbulan-bulan)
"Kita yang tadinya zero enemy, sekarang mungkin akan semakin banyak negara yang memusuhi kita, membuat kita tidak didukung di forum-forum internasional," kata Fadli.
Sebelumnya, eksekusi para terpidana mati kasus narkotika akan dieksekusi pada Maret ini. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sudah menyatakan persiapan di Pulau Nusakambangan, Cilacap, sebagai tempat eksekusi para terpidana mati telah mencapai 100 persen.
Namun, hingga saat ini, belum ada keputusan mengenai waktu eksekusi mati. Jaksa Agung HM Prasetyo belakangan memastikan bahwa eksekusi mati semua terpidana kasus narkoba ditunda. Penundaan dilakukan karena adanya gugatan hukum yang dilakukan oleh para terpidana mati itu.
Kejaksaan Agung beberapa waktu lalu merilis 10 nama terpidana mati kasus narkoba yang akan dieksekusi, yakni Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Serge Areski Atlaoui (Perancis), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.