Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tak Mungkin Presiden Gegabah Ambil Putusan soal Grasi"

Kompas.com - 14/03/2015, 07:27 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Suharso Monoarfa, membantah pernyataan yang menyebut bahwa Presiden Joko Widodo menyepelekan permohonan grasi oleh para terpidana mati kasus narkotika. Menurut dia, keputusan Presiden tersebut telah dipertimbangkan secara matang.

"Proses hukumnya kan sudah final, sudah sampai ke Mahkamah Agung. Tidak mungkin Presiden gegabah mengambil putusan soal grasi. Dia kepala negara, dia ingin rakyatnya terlindungi," ujar Suharso saat ditemui di Jakarta, Jumat (13/3/2015).

Suharso mengatakan, penolakan grasi merupakan bentuk ketegasan pemerintah atas dampak yang ditimbulkan dari bahaya narkotika. Ia mengatakan, Indonesia saat ini terancam kehilangan sebagian besar generasi muda akibat dampak peredaran narkoba yang begitu besar.

Menurut dia, ada hampir 15 juta masyarakat yang dikategorikan sulit untuk disembuhkan dari ketergantungan akan obat-obat terlarang. Ia menambahkan, jika dihitung, sekitar 50 orang meninggal per harinya akibat pemakaian narkotika. Belum lagi, menurut dia, bisnis narkoba yang nilainya triliunan rupiah secara tidak langsung menguras kekayaan negara.

Mengenai hukuman mati yang dianggap tidak efektif menimbulkan efek jera, Suharso beranggapan bahwa pandangan tersebut hanyalah dalih yang digunakan untuk membatalkan eksekusi mati. Menurut dia, negara-negara lain, seperti Malaysia dan Singapura, hingga saat ini tetap menjalankan hukuman mati, bahkan cenderung tidak mengompromikan kasus-kasus narkoba.

"Kita ini negara dengan penduduk 250 juta dan tersebar di seluruh pelosok, penduduk negara lain cuma berapa sih? Saya bukan mau melecehkan, tetapi masalah narkoba itu dampaknya ke kita sangat besar," kata Suharso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istri Ungkap SYL Suka Marah jika Ia Masih Beli Tas

Istri Ungkap SYL Suka Marah jika Ia Masih Beli Tas

Nasional
Brimob Keliling Kejagung Disebut Rangkaian dari Penguntitan Jampidsus

Brimob Keliling Kejagung Disebut Rangkaian dari Penguntitan Jampidsus

Nasional
KPK Tetapkan 2 Tersangka dalam Kasus Dugaan Korupsi di PT PGN

KPK Tetapkan 2 Tersangka dalam Kasus Dugaan Korupsi di PT PGN

Nasional
KPK Panggil Pengacara Jadi Saksi Kasus Harun Masiku

KPK Panggil Pengacara Jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Nasional
Kejagung Serahkan Anggota Densus 88 Penguntit Jampidsus ke Propam Polri

Kejagung Serahkan Anggota Densus 88 Penguntit Jampidsus ke Propam Polri

Nasional
Surya Paloh Disebut Tetap Meminta Organisasi Sayap Nasdem Lanjutkan Kegiatan yang Didanai Kementan

Surya Paloh Disebut Tetap Meminta Organisasi Sayap Nasdem Lanjutkan Kegiatan yang Didanai Kementan

Nasional
Menpan-RB Apresiasi Perbaikan Pelayanan Proses Bisnis Visa dan Itas Kemenkumham

Menpan-RB Apresiasi Perbaikan Pelayanan Proses Bisnis Visa dan Itas Kemenkumham

Nasional
Beda Keterangan SYL dan Istrinya soal Durian

Beda Keterangan SYL dan Istrinya soal Durian

Nasional
Kejagung: Jampidsus Dikuntit Anggota Densus 88 Fakta, Bukan Isu

Kejagung: Jampidsus Dikuntit Anggota Densus 88 Fakta, Bukan Isu

Nasional
Cuaca Arab Saudi Tembus 43 Derajat Celsius, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Gunakan Masker

Cuaca Arab Saudi Tembus 43 Derajat Celsius, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Gunakan Masker

Nasional
Sidang Sengketa Pileg, Saksi Golkar dari Ambon Hilang Kontak Jelang Terbang ke Jakarta

Sidang Sengketa Pileg, Saksi Golkar dari Ambon Hilang Kontak Jelang Terbang ke Jakarta

Nasional
Benarkan Isu Penguntitan, Jampidsus: Sudah Jadi Urusan Kelembagaan

Benarkan Isu Penguntitan, Jampidsus: Sudah Jadi Urusan Kelembagaan

Nasional
Bertambah, Kerugian Keuangan Negara Kasus Korupsi Timah Jadi Rp 300 Triliun

Bertambah, Kerugian Keuangan Negara Kasus Korupsi Timah Jadi Rp 300 Triliun

Nasional
Dukung Optimalisasi Bisnis Lewat Energi Terbarukan, Pertamina Hulu Rokan Bangun PLTS Terbesar di Indonesia

Dukung Optimalisasi Bisnis Lewat Energi Terbarukan, Pertamina Hulu Rokan Bangun PLTS Terbesar di Indonesia

Nasional
Wabendum Nasdem Ungkap Pernah Bertemu 3 Petinggi Partai di Kementan

Wabendum Nasdem Ungkap Pernah Bertemu 3 Petinggi Partai di Kementan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com