Pernyataan Megawati tentang ”mabuk kepayang” dan Pemilu 1999 mengingatkan Kompas dengan pernyataan serupa yang disampaikan (alm) Taufiq Kiemas sesaat menjelang Pemilu 2009. Saat itu, dalam perbincangan santai dengan sejumlah wartawan di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, suami Megawati itu menuturkan, mabuk kemenangan Pemilu 1999 menjadi penyebab utama anjloknya perolehan suara PDI-P pada Pemilu 2004. Mabuk tersebut juga yang membuat PDI-P tidak optimal saat menjalankan kekuasaan yang diperoleh dari kemenangan Pemilu 1999.
PDI-P memenangi Pemilu 1999 dengan memperoleh 35,689 juta suara (33,74 persen) dan kemudian dikonversikan menjadi 153 kursi DPR. Prestasi yang belum pernah tertandingi dalam sejarah partai itu hingga saat ini.
Namun, pada Pemilu 2004, perolehan suara itu merosot menjadi 21.026.629 (18,53 persen) sehingga saat dikonversi menjadi tinggal 109 kursi (19,82 persen) DPR.
Akibat dari mabuk kemenangan pada Pemilu 1999 sebenarnya sudah harus dibayar PDI-P di Sidang Umum MPR 1999, yaitu saat gagal mengantarkan Megawati menjadi presiden keempat RI karena kalah oleh Abdurrahman Wahid dalam pemungutan suara di MPR.
Terlepas dari munculnya isu ”tebang pilih”, dampak dari mabuk tahun 1999 itu juga masih dirasakan PDI-P setelah Pemilu 2004. Persisnya, setelah sejumlah kader partai itu harus menjalani proses hukum karena sejumlah kasus, terutama korupsi.
Berhasil
Sejak 2004, Megawati dan PDI-P lebih serius berbenah diri sehingga kini hasilnya mulai dirasakan. PDI-P berhasil memenangi Pemilu 2014 dengan mendapat 23,681 juta suara (18,95 persen) yang kemudian dikonversi menjadi 109 kursi DPR. Jika dilihat, perolehan suara itu tak beda jauh dengan hasil yang didapat pada Pemilu 2004.
Kemenangan kader PDI-P, yaitu Joko Widodo, dalam Pemilu Presiden 2014 membuat Megawati hingga saat ini menjadi satu-satunya orang Indonesia yang dilahirkan sebagai anak presiden, pernah menjadi presiden, dan telah berhasil melahirkan presiden baru.
Kini, setelah kemenangan kembali diraih PDI-P pada Pemilu 2014, Megawati tiba-tiba mengingatkan kembali tentang mabuk kepayang. Peringatan itu terasa amat kontekstual, terutama jika dikaitkan dengan polemik belakangan ini, misalnya, terkait pencalonan mantan ajudan Megawati, yaitu Komisaris Jenderal Budi Gunawan, sebagai Kepala Polri.
Peringatan tentang mabuk kepayang ini makin kontekstual karena PDI-P, meski menjadi partai pemenang pemilu, tidak mendapat kursi pimpinan DPR dan MPR. Jadi, jangan gara-gara mabuk kepayang ini pula, PDI-P ”kehilangan” kursi lain yang kini telah digenggam kembali setelah 10 tahun terakhir pergi.
Menurut pepatah, hanya keledai yang terperosok dua kali di lubang yang sama.... (M HERNOWO)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.