Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Kaum Difabel dalam Proses Pemilu Masih Kurang Diakomodasi

Kompas.com - 30/01/2015, 01:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dialog regional untuk membahas kebutuhan difabel dalam pemilu dapat mendorong pemerintah lebih memerhatikan kesetaraan hak penyandang disabilitas dalam bidang politik.

"Dialog regional dapat menghasilkan rekomendasi yang mendorong pemerintah memerhatikan dan mewujudkan kesetaraan politik penyandang disabilitas," kata Khofifah saat ditemui setelah menutup Dialog Regional ke-3 tentang Aksesibilitas Pemilu di Jakarta, Kamis (29/1/2015) malam.

Khofifah mengatakan, dialog regional bisa menghasilkan kesepakatan antara pemerintah, partai politik dan organisasi penyandang disabilitas agar bekerja sama mewujudkan kesetaraan politik. Dialog regional, kata dia, juga dapat memunculkan dukungan sesama negara di regional yang mengalami masalah, budaya, paradigma dan hambatan sama dalam pemenuhan hak politik difabel.

Melalui dialog yang digelar, kata Khofifah, maka beberapa negara bisa mendiskusikan berbagai praktik terbaik untuk meningkatkan akses politik dan kepemiluan bagi penyandang disabilitas, khususnya di wilayah Asia Tenggara.

Namun, Khofifah mengakui masih banyak kekurangan pemerintah dalam mengakomodasi kebutuhan kaum difabel dalam proses pemilu.

"Saya menyadari dalam proses pelaksanaan pemilu, banyak penyandang disabilitas tidak dapat berpartisipasi karena lokasi pemilihan tidak mendukung, petugas pemilu tidak dibekali kemampuan khusus melayani penyandang disabilitas, serta minimnya sarana," tuturnya.

Untuk mengatasi masalah kesenjangan difabel, kata dia, kini pemerintah sedang mempersiapkan undang-undang untuk disabilitas dan rencana aksi nasional untuk membantu partisipasi politik kaum difabel.

Rencana aksi nasional (RAN) penyandang Disabilitas tersebut, kini sedang diproses dan dipadukan dengan RANHAM (RAN Hak Asasi Manusia) 2015-2019 karena partisipasi politik termasuk komponen aksi pemenuhan hak azasi manusia yang termuat dalam RANHAM.

Penyusunan undang-undang dan RAN, kata dia, akan berbekal hasil dialog regional sebagai masukan dari praktik pemilu di lapangan oleh praktisi dan peneliti beberapa negara.

"Hasil dialog itu adalah bagian dari pengayaan saat membahas uu disabilitas dan hak politik terutama aksesibilitas saat pemilu dilakukan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com