Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Dubes AS, Menag Paparkan Budaya "Tepo Seliro"

Kompas.com - 21/01/2015, 17:17 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa meski mayoritas warga Indonesia beragama Islam, tetapi Indonesia bukan negara Islam. Indonesia juga bukan negara sekuler yang memisahkan relasi agama dan negara.

“Itulah salah satu kekhasan negara kami,” ujar Menag kepada Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake, yang berkunjung ke Kementerian Agama di Jakarta, Rabu (21/1/2015), seperti dikutip Antara.

Dalam acara tersebut, Menag didampingi oleh Sekjen Nur Syam, Kabiro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Ahmad Gunaryo, dan Sekretaris Menag Khoirul Huda.

Kepada Dubes Blake, Menag menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu, dalam kesehariannya dikenal memegang kuat nilai-nilai agama, apa pun agamanya. Itulah mengapa, agama tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Meski demikian, ujar Menag, para pendiri bangsa tidak memformalkan Indonesia menjadi negara yang berdasarkan agama.

“Hal ini karena sejak jaman dahulu, kami memang sangat majemuk dan beragam,” ujar Menag.

Terkait keragaman dan kemajemukan di Indonesia, kepada Blake yang pernah bertugas di India dan Pakistan, Menag memberikan gambaran tentang salah satu kearifan lokal Indonesia yang tumbuh subur di hampir semua etnis Nusantara.

“Di tengah-tengah kemajemukan dan keragaman, kami mempunyai budaya tepo seliro, yakni perpaduan antara toleransi dan tenggangrasa. Toleransi adalah bagaimana kita bisa menjaga perasaan diri terhadap perbuatan orang lain di tengah-tengah lingkungan kita yang berbeda dan majemuk. Sedang tenggang rasa merupakan kemampuan kita dalam menjaga perasaan orang lain atas perbuatan yang akan kita lakukan,” ujar Menag.

Ditanya tentang ancaman dan pandangan Menag atas gerakan ISIS, mantan Wakil Ketua MPR ini menyatakan bahwa ISIS mentolelir kekerasan. Hal itu bertentangan dengan mayoritas masyarakat Indonesia.

“ISIS mentolelir kekerasan sebagai jalan pintas untuk capai tujuan,” ujar Menag.

Dalam pandangan Menag, kekerasan yang terjadi dan dilakukan ISIS, karena dua hal. Pertama,  sebagai sebuah refleksi dari ketidakadilan yang selama ini dirasakan, baik dalam politik, ekonomi, hukum dan lain sebagainya.

“Karena tidak mendapatkan keadilan itu, lalu mereka memilih jalan pintas, yakni gerakan radikal atau ekstrim tersebut,” kata Menag.

Kedua, rasa tidak adil tersebut, dibenarkan oleh faham keagamaan yang mereka yakini untuk melakukan kekerasan. Karenanya, tantangan masyarakat dunia adalah bagaimana menghilangkan minimal mengurangi ketidakadilan dalam segala sektor.

Hal tersebut harus dibarengi dengan memberi pemahaman keagamaan yang lebih substansif, bahwa tujuan setiap agama adalah ingin memanusiakan manusia.

“Karenanya, kita tidak mentolelir kekerasan. Mau tidak mau, ini yang harus kita lakukan dan perjuangkan,” urai Menag.

Menag melihat, ISIS merupakan ancaman serius bagi Indonesia, karena mengancam corak faham keagaaman mayoritas masyarakat Indonesia yang moderat dan damai.

Untuk itu, terang Menag, ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, melalui pendekatan kultural, yakni dengan cara memberdayakan ormas-ormas Islam yang berpandangan moderat, seperti NU, Muhammadiyah dan lain sebagainya, yang nyatanya berada langsung di tengah masyarakat.

Kedua, melakukan pendekatan struktural, yakni dengan membuat regulasi, seperti misalnya melalui UU Perlindungan Umat Beragama (PUB). Di dalam UU tersebut nantinya ada norma dan aturan tidak boleh orang menghujat atau menjelek-jelekkan ajaran lain dan lain sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com